Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GP Jamu Keluhkan Keberadaan MLM

Kompas.com - 26/02/2012, 19:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -   Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia mengeluhkan keberadaan perusahaan multi-level marketing (MLM) yang tidak memiliki pabrik produksi di Indonesia. Keberadaan MLM yang semakin marak dikhawatirkan akan mengambil pasar dari perusahaan jamu lokal.

Ketua Umum GP Jamu Indonesia, Charles Saerang mengatakan perusahan MLM memasarkan produk makanan dan minuman serta obat herbal. Namun, mereka hanya mengimpor produk dari industri lain dan dikemas lagi sebelum dipasarkan melalui sistim jaringan. "Saya khawatir MLM akan mengambil pasar jamu dan industri jamu akan terpuruk," kata Charles akhir pekan kemarin.

Perusahaan MLM menurut Charles sudah berkembang pesat di Indonesia. Mereka bahkan berani melakukan investasi gedung yang megah. Sayangnya, tidak ada pembangunan pabrik atau industrinya di Indonesia.

Charles mengusulkan agar perusahaan MLM yang merupakan importir diwajibkan untuk membangun pabrik di Indonesia. Indonesia menurut Charles harus belajar dari China. Menurutnya memasarkan produk dari luar ke China jauh lebih sulit ketimbang membangun pabrik di sana. Maklum, pembangunan pabrik akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar bagi masyarakat sekitar.

Selama ini, menurut Charles, pemerintah begitu mudah mengizinkan perusahaan MLM yang tidak punya pabrik untuk beroperasi di Indonesia. Sedangkan perusahaan jamu lokal yang sudah jelas kontribusinya terhadap negara justru dipersulit dengan berbagai macam aturan.

Salah satu aturan yang memberatkan industri jamu adalah Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) 2011. Aturan yang mengacu pada standar Eropa itu jika diterapkan secara ketat akan menimbulkan banyak pabrik jamu menengah dan kecil gulung tikar.

Maklum dana investasi yang dibutuhkan sangat besar. Pembangunan pabriknya saja membutuhkan dana minimal Rp 5 miliar. Padahal dari 1.340 perusahaan jamu di Indonesia, sebanyak 90 persen merupakan perusahaan menengah dan kecil.

Penjualan perusahaan jamu secara nasional pada tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp 11,5 triliun. Sedangkan target penjualan tahun ini bisa mencapai Rp 13 triliun.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucky S Slamet mengungkapkan, pengawasan terhadap perusahaan MLM akan ditingkatkan. Selama ini, menurutnya temuan kandungan merkuri dalam produk makanan dan minuman serta obat-obatan paling banyak juga ditemukan pada produk MLM. "Jika terbukti melanggar, produk akan langsung dilarang beredar," kata Lucky.

Sementara terkait CPOTB 2011, Lucky berjanji aturan itu tidak akan mencenderai perusahaan jamu di dalam negeri. Justru aturan itu bertujuan untuk mengangkat produk jamu agar lebih berdaya saing karena memiliki standar internasional. (Sofyan Nur Hidayat/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BERITA FOTO: Hadir di JFK 2024, Le Minerale Edukasi Konsumen soal Produk Daur Ulang PET

BERITA FOTO: Hadir di JFK 2024, Le Minerale Edukasi Konsumen soal Produk Daur Ulang PET

Whats New
Sejarah Kenapa Lokasi Stasiun KA di Indonesia Sering Berdekatan

Sejarah Kenapa Lokasi Stasiun KA di Indonesia Sering Berdekatan

Whats New
Otorita Sebut Investor Berebut Lahan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN

Otorita Sebut Investor Berebut Lahan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN

Whats New
Bank BCA Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Semua Jurusan, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank BCA Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Semua Jurusan, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Sekaya Apa VOC Sampai Bisa Menjajah Nunsantara Ratusan Tahun?

Sekaya Apa VOC Sampai Bisa Menjajah Nunsantara Ratusan Tahun?

Whats New
Catat, Ini Daftar Kereta Api Tambahan Keberangkatan Juni-Juli 2024

Catat, Ini Daftar Kereta Api Tambahan Keberangkatan Juni-Juli 2024

Whats New
Rayakan Idul Adha 1445 H, Le Minerale Donasikan Sapi Limosin ke Masjid Istiqlal

Rayakan Idul Adha 1445 H, Le Minerale Donasikan Sapi Limosin ke Masjid Istiqlal

Whats New
Kala Hitler Tak Sudi Melunasi Utang ke Negara-Negara Sekutu

Kala Hitler Tak Sudi Melunasi Utang ke Negara-Negara Sekutu

Whats New
Libur Panjang Idul Adha, Jasa Marga Catat 376.000 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek

Libur Panjang Idul Adha, Jasa Marga Catat 376.000 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek

Whats New
Ini Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Saat Investasi

Ini Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Saat Investasi

Earn Smart
Produk Dekorasi Rumah Indonesia Bukukan Potensi Transaksi Rp 13,6 Miliar di Interior Lifestyle Tokyo 2024

Produk Dekorasi Rumah Indonesia Bukukan Potensi Transaksi Rp 13,6 Miliar di Interior Lifestyle Tokyo 2024

Rilis
Jasa Ekspedisi Dinilai Penting, Pengguna E-Commerce Tak Bebas Tentukan Pilihan

Jasa Ekspedisi Dinilai Penting, Pengguna E-Commerce Tak Bebas Tentukan Pilihan

Whats New
Selama Sepekan Harga Emas Antam Melonjak Rp 18.000 Per Gram

Selama Sepekan Harga Emas Antam Melonjak Rp 18.000 Per Gram

Whats New
Libur Panjang Idul Adha, 75.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Habis Terjual

Libur Panjang Idul Adha, 75.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Habis Terjual

Whats New
Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com