Melalui penampungan limbah jamban penduduk secara komunal,
peternak sapi dengan tiga ekor sapi bisa memproduksi listrik dan bahan bakar kompor secara mandiri,” kata Kepala Subbidang Sarana Rekayasa Tenaga Listrik dan Mekatronika pada Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika (Telimek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aep Saepudin, Kamis (23/2), di Bandung, Jawa Barat.
Banyak pengembang permukiman mengabaikan tampungan limbah jamban. Tampungan limbah dirancang individual setiap rumah, bahkan banyak di antaranya dirancang meresap ke dalam tanah, sehingga berpotensi menyebarkan bakteri merugikan.
Jika saja tampungan limbah dari 50 jamban dipadukan, niscaya bisa memproduksi biogas. Pemanfaatannya bisa untuk memproduksi listrik untuk penerangan jalan umum atau kepentingan lain menggunakan genset biogas alias bioelektrik.
Peternak sapi yang membuang begitu saja kotoran sapinya bisa merasakan manfaat pembuatan biogas. Keuntungannya, tidak hanya biogas untuk bahan bakar, tetapi juga mendapat pupuk organik, demikian Aep. Pemanfaatan limbah untuk biogas juga membebaskan lingkungan dari bau kotoran sapi sehingga diperoleh udara bersih.
Limbah kotoran sapi yang tak diolah melepaskan gas metana yang mempunyai daya rusak bagi atmosfer 21 kali lipat daripada karbon dioksida. Gas metana adalah biogas. Ketika digunakan untuk bahan bakar, komposisi emisinya tidak lagi metana, tetapi menjadi karbon dioksida.
Pemasaran
Aep mengatakan, untuk mengoptimalkan penerapan teknologi bioelektrik, dibutuhkan pemasaran perangkatnya secara gencar. Caranya lewat pameran LIPI Expo 2011 akhir tahun lalu di Jakarta.