Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

H-10 Lebaran, Parsel Kerajinan Perak Sepi

Kompas.com - 10/08/2012, 15:09 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang 10 hari Lebaran, biasanya penjualan parsel non makanan, yakni berisi kerajinan perak dan keramik menunjukan peningkatan dari hari biasanya. Akan tapi, saat ini hal tersebut tidak dirasakan oleh Mukmin, pemilik Gallery Cuci Mata, toko penjual parsel kerajinan perak saat ditemui Kompas.com di sentra penjual parsel, area lantai bawah Stasiun Kereta Cikini Jakarta, Jumat (10/8/2012).

"Tinggal 10 hari lagi. Padahal tahun lalu sentra ini ramai sampai-sampai lorong jalan di sini tidak bisa bergerak gara-gara ramai. Yang sekarang malah lengang dari ujung ke ujung. Paling pembelinya cuma 1-2 parsel saja tiap hari jelang Lebaran ini," ungkap Mukmin.

Ia mengakui, keadaan ini berbeda ketika masa kepresidenan Soeharto dulu. Menurutnya, pada masa itu banyak dari orang istana maupun keluarga Cendana Soeharto yang memesan parsel kerajinan perak jelang Hari Raya Lebaran maupun Natal dan Tahun Baru hingga 10 buah per harinya.

Begitu pun juga dengan keadaan jelang Lebaran pada Ramadhan tahun lalu. Mukmin mengaku, masih mampu menjual 5-10 parsel per harinya jelang Lebaran.

Parsel yang dijualnya memang berbeda dari kebanyakan parsel umumnya yang berisi makanan. Ia menjual parsel berisi berbagai kerajinan perak asal Yogyakarta seperti, hiasan dinding, pulpen, ukiran berlafal nama Allah dan Nabi Muhammad, pajangan, gelas, dan lainnya.

Bukan hanya hari raya umat Islam saja, akan tapi pada hari Natal dan Tahun Baru pun juga diminati. Hanya saja, bila parsel yang dijual pada Ramadhan banyak tersisa, maka guna menyiasatinya, bentuk atau model kerajinan perak bakal disesuaikan dengan hari raya umat Kristiani. Misalnya, pajangan perak bermotif ke-Islaman diganti dengan bermotif yang melambangkan hari raya Natal, seperti pohon natal, Santa Klaus, dan sejenisnya.

Harga parsel yang dijualnya pun terbilang cukup tinggi dibanding parsel yang berisi makanan, yakni dari kisaran Rp 975.000 hingga Rp 3.500.000 . Harga tersebut tergantung ukuran dan tingkat kerumitan pembuatan kerajinannya.

"Saya hanya menjual yang beda saja dari pedagang lain. Parsel jenis ini juga difokuskan ke para pengusaha dan pejabat. Lagipula kalau parsel makanan ribet jualnya dan takut kadaluarsa," ujarnya.

Mengenai sepinya pesanan parsel ini, Mukmin hanya bisa menduga-duga bahwa hal tersebut karena adanya imbauan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan beberapa kedinasan bahwa bingkisan parsel dari pengusaha atau sesama pejabat untuk pejabat an lainnya merupakan bentuk gratifikasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com