WONOSOBO, KOMPAS
Ahmad Jawardi (34), petani Desa Reco, Kecamatan Kertek, Minggu (2/9), mengatakan, harga jual daun tembakau kering kelas D dengan kualitas istimewa yang pada tahun lalu mencapai Rp 120.000 per kilogram (kg) saat ini anjlok menjadi hanya Rp 60.000-Rp 70.000 per kg. Bahkan, tembakau dengan kualitas di bawahnya hanya laku Rp 30.000-Rp 40.000 per kg.
”Bahkan, dalam sepekan ini tembakau toalo (tembakau kelas dua khas Wonosobo) ditolak tengkulak dari perwakilan perusahaan rokok. Mereka juga membeda-bedakan tembakau dari petani Wonosobo dan Temanggung,” ujar Ahmad.
Menurut dia, tembakau lokal milik sejumlah petani akhir-akhir ini ditolak tengkulak dengan alasan stok gudang
Ketua Paguyuban Petani Tembakau Toalo Wonosobo Mustangin mengatakan, petani tidak memiliki daya tawar yang kuat di hadapan tengkulak. Oleh karena itu, selama ini patokan harga selalu ditentukan tengkulak.
Sementara itu, petani tembakau di Jember, Jawa Timur, masih kecewa karena hasil dialog dengan wakil pengusaha industri rokok belum membuahkan hasil. Harga tembakau belum beranjak naik secara signifikan sehingga membuat petani resah karena dirundung rugi.
Seusai pertemuan kesepakatan ancar-ancar harga dengan wakil industri rokok, hanya perwakilan dua industri rokok yang sempat menaikkan harga. Namun, kenaikan harga masih berkisar antara Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram, yang dilakukan perwakilan Bentoel dan Djarum di Jember.
Petani tembakau di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meminta pemerintah turun tangan untuk mencegah penurunan harga tembakau secara drastis. Salah satunya dengan menjembatani komunikasi petani dengan pabrikan dan tengkulak.