Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Tak Terganggu meski Ditolak APEC

Kompas.com - 15/09/2012, 02:53 WIB

Jakarta, Kompas - Meskipun ditolak menjadi produk ramah lingkungan dalam pertemuan APEC pekan lalu, ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia tidak akan terimbas. Pasar CPO masih terbuka lebar lewat mekanisme perundingan bilateral antarnegara. Lewat mekanisme tersebut, penurunan bea masuk CPO ke negara tujuan ekspor juga bisa dilakukan.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, di Jakarta, Jumat (14/9), mengatakan, tiga negara yang getol menolak CPO dalam forum APEC adalah Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada. ”Untuk meyakinkan mereka terganjal pada notifikasi Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency/EPA). AS berjanji akan mengirimkan tim teknis ke Indonesia terkait dengan notifikasi EPA tersebut,” katanya.

Pemerintah AS mengeluarkan notifikasi EPA mengenai standar bahan bakar dari sumber yang dapat diperbarui (renewable fuel standards) pada 28 Januari 2012. EPA menyatakan, bahan bakar minyak nabati yang berasal dari minyak sawit Indonesia belum memenuhi standar energi terbarukan.

Gita mengatakan, meskipun gagal masuk sebagai bagian dari 54 produk ramah lingkungan (environmental goods), ekspor CPO Indonesia tidak akan terpengaruh. ”Memang akan lebih kompetitif jika berhasil masuk ke daftar tersebut karena tarif bea masuk maksimal dipatok 5 persen,” katanya.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Fadhil Hasan mengatakan, CPO Indonesia layak dikategorikan sebagai produk ramah lingkungan.

Pasalnya, perusahaan di Indonesia wajib mengimplementasikan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Lewat ISPO, perusahaan sawit wajib menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan,” katanya.

Dia mengatakan, meskipun gagal masuk kategori produk ramah lingkungan, ekspor CPO Indonesia tidak akan terganggu. Masih ada mekanisme perundingan bilateral antarnegara untuk membahas penurunan tarif bea masuk ke suatu negara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati naik 58,3 persen dari 1,42 miliar dollar AS pada Juni menjadi 2,25 miliar dollar AS pada Juli. Lonjakan tersebut dipacu oleh kenaikan volume ekspor sebesar 66,9 persen, yakni dari 1,39 ton pada Juni menjadi 2,33 juta ton pada Juli.

Secara kumulatif, ekspor lemak dan minyak hewan serta nabati pada periode Januari-Juli 2012 sebesar 12,49 miliar dollar AS atau naik 8,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011. Pada September, pajak ekspor CPO ditetapkan sebesar 13,5 persen, lebih rendah dari Agustus yang tercatat sebesar 15 persen.

(ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com