Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hattanomics, Mazhab Ekonomi Terbuka yang Berkeadilan

Kompas.com - 24/10/2012, 10:54 WIB

Di tengah kemerosotan ekonomi global yang terus berlangsung, Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dan konsisten di atas 6% selama sekitar satu dekade terakhir. Walaupun tingkat permintaan masyarakat dunia menurun, perekonomian Indonesia terus bergerak menanjak melalui dorongan konsumsi masyarakat dalam negeri yang terus meningkat. Dengan terciptanya konsistensi ini, maka merupakan hal yang wajar jika penciptaan lapangan kerja yang berkualitas semakin meluas dan tingkat kemiskinan semakin terkikis. Prestasi inilah yang membuat negara-negara di dunia melirik Indonesia untuk turut memanfaatkan situasi ini dengan menyalurkan barang dagangan mereka ke Indonesia dan menanamkan investasinya di Indonesia. Keadaan ini pun membuat pemerintah perlu bijak menyikapinya agar ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga dan mampu menjalankan perannya untuk menjamin kelangsungan perkembangan aktivitas pelaku ekonomi dalam negeri.

Hatta-nomics, itulah istilah yang disematkan oleh Kevin O Rourke, pengamat ekonomi lulusan Harvard University, terhadap orientasi kebijakan ekonomi saat ini yang dinilai protektif, restriktif dalam perdagangan dan membatasi modal asing. Kebijakan renegosiasi kontrak karya, pembatasan saham asing di pertambangan, dan pengenaan pajak ekspor barang tambang mendapat sorotan tajam dari kalangan-kalangan tertentu terhadap orientasi kebijakan saat ini. Padahal, pemerintah justru membuka ruang yang lebar kepada investor luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pemerintah menekankan konsep pasar terbuka yang berkeadilan, di mana pembangunan yang berlangsung memperhatikan kepentingan masyarakat luas dan berjangka panjang.

Untuk menciptakan ruang pertumbuhan ekonomi yang luas dalam jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pertumbuhan pada infrastruktur. Hal ini diperlukan untuk mengurangi ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap konsumsi masyarakat. Maka dari itu, pemerintah membentuk enam koridor ekonomi yang terancang dalam Masterplan Percepatan, Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Masterplan ini dijalankan untuk menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi yang baru di seluruh Indonesia yang dititikberatkan pada infrastruktur, sehingga tercipta konektivitas dan integrasi yang kuat untuk mendorong perekonomian yang tidak mudah digoncangkan oleh gejolak ekonomi dunia.

Melalui kebijakan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif dapat tercipta pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh Indonesia, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dan tercipta perekonomian yang melibatkan banyak orang serta memberikan value added terhadap setiap sumber daya alam yang tertanam di tanah air Indonesia. (adv)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Otorita Sebut Investor Berebut Lahan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN

    Otorita Sebut Investor Berebut Lahan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN

    Whats New
    Bank BCA Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Semua Jurusan, Cek Posisi dan Syaratnya

    Bank BCA Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Semua Jurusan, Cek Posisi dan Syaratnya

    Work Smart
    Sekaya Apa VOC Sampai Bisa Menjajah Nunsantara Ratusan Tahun?

    Sekaya Apa VOC Sampai Bisa Menjajah Nunsantara Ratusan Tahun?

    Whats New
    Catat, Ini Daftar Kereta Api Tambahan Keberangkatan Juni-Juli 2024

    Catat, Ini Daftar Kereta Api Tambahan Keberangkatan Juni-Juli 2024

    Whats New
    Rayakan Idul Adha 1445 H, Le Minerale Donasikan Sapi Limosin ke Masjid Istiqlal

    Rayakan Idul Adha 1445 H, Le Minerale Donasikan Sapi Limosin ke Masjid Istiqlal

    Whats New
    Kala Hitler Tak Sudi Melunasi Utang ke Negara-Negara Sekutu

    Kala Hitler Tak Sudi Melunasi Utang ke Negara-Negara Sekutu

    Whats New
    Libur Panjang Idul Adha, Jasa Marga Catat 376.000 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek

    Libur Panjang Idul Adha, Jasa Marga Catat 376.000 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek

    Whats New
    Ini Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Saat Investasi

    Ini Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Saat Investasi

    Earn Smart
    Produk Dekorasi Rumah Indonesia Bukukan Potensi Transaksi Rp 13,6 Miliar di Interior Lifestyle Tokyo 2024

    Produk Dekorasi Rumah Indonesia Bukukan Potensi Transaksi Rp 13,6 Miliar di Interior Lifestyle Tokyo 2024

    Rilis
    Jasa Ekspedisi Dinilai Penting, Pengguna E-Commerce Tak Bebas Tentukan Pilihan

    Jasa Ekspedisi Dinilai Penting, Pengguna E-Commerce Tak Bebas Tentukan Pilihan

    Whats New
    Selama Sepekan Harga Emas Antam Melonjak Rp 18.000 Per Gram

    Selama Sepekan Harga Emas Antam Melonjak Rp 18.000 Per Gram

    Whats New
    Libur Panjang Idul Adha, 75.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Habis Terjual

    Libur Panjang Idul Adha, 75.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Habis Terjual

    Whats New
    Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

    Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

    Whats New
    Kominfo Minta Media Sosial Tak Muat Konten Pornografi dan Judi Online

    Kominfo Minta Media Sosial Tak Muat Konten Pornografi dan Judi Online

    Whats New
    Cash Flow Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengaturnya

    Cash Flow Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengaturnya

    Earn Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com