Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengendalian Moneter Jadi Beban Terberat BI

Kompas.com - 17/05/2013, 18:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia mengakui bahwa pelaksanaan pengendalian moneter sepanjang 2012 menjadi beban terberat bank sentral.

Direktur Eksekutif Departemen Keuangan Internal Bank Indonesia Mubarakah menyampaikan bahwa kendati biaya pengendalian moneter turun, namun pelaksanaan pengendalian moneter tetap berat.

"Bagian terbesar beban BI selama periode 1 Januari hingga 31 Desember 2012 adalah beban pengendalian moneter sebesar Rp19,27 triliun, atau 60,33 persen dari total beban Bank Indonesia sebesar Rp31,94 triliun," ujarnya kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (17/5/2013).

Menurut dia, beban pengelolaan moneter ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 30,09 triliun. Hal ini menyebabkan laporan keuangan yang defisit pada 2011 berubah menjadi surplus pada 2012. Penurunan beban operasi moneter 2012, tambahnya, terutama disebabkan meningkatnya porsi penyerapan ekses likuiditas rupiah melalui operasi moneter valas dan penurunan suku bunga acuan (BI Rate).

Porsi dana tersimpan di dalam instrumen operasi pasar terbuka (OPT) BI menurun dari Rp403,35 triliun di akhir 2011 menjadi Rp344,57 triliun akhir 2012. Begitu juga dengan kisaran suku bunga acuan BI yang relatif lebih rendah di 2012 yakni 5,75 persen-6,00 persen, dibandingkan dengan 2011 sebesar 6,00 persen-6,75 persen.

"Selama tahun 2012, Bank Indonesia menetapkan kebijakan penurunan BI rate sebesar 25 basis poin sejak Februari 2012 serta penyesuaian suku bunga Penempatan Dana yang menyebabkan suku bunga operasi moneter secara keseluruhan turun dan berimbas pada turunnya beban operasi moneter," kata dia.

Lebih jauh dia mengatakan, bagi BI laporan keuangan lebih sebagai dampak dari pelaksanaan tugas, bukan sebuah tujuan untuk mencapai surplus. "Maka jika laporan keuangan BI surplus, itu bukan berarti tujuan utamanya untuk mendapat surplus," katanya.

Begitu juga kalau laporan keuangan BI defisit, lanjutnya, itu bukan karena manajemen tidak benar dalam mengelola keuangan BI. "Hendaknya keduanya dilihat sebagai dampak dari upaya BI mencapai dan memelihara stabilnya nilai rupiah," ujar dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com