Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekor Baru di Amerika, Ini Pengalokasian Denda JPMorgan

Kompas.com - 20/11/2013, 09:30 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber AP
WASHINGTON, KOMPAS.com — Nilai kesepakatan yang harus dibayarkan JPMorgan atas informasi menyesatkan tentang nilai sekuritas berbasis hipotek pada 2008 melampaui rekor denda yang pernah ada di Amerika.

JPMorgan setuju membayar 13 miliar dollar AS untuk masalah terkait subprime mortgage itu. Angka kesepakatan yang diumumkan pada Selasa (19/11/2013) tersebut melampaui rekor denda untuk BP senilai 4 miliar dollar AS, atas pencemaran minyak terburuk di lepas pantai Amerika.

Meski angka denda dalam kesepakatan JPMorgan ini terbilang luar biasa, 13 miliar dollar AS hanya sekitar 40 persen dari laba bersih JPMorgan yang dilaporkan 2012. Dalam laporan itu, laba bersih JPMorgan mencapai 21,3 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 250 triliun.

Pada 2013, JPMorgan telah menyisihkan dana senilai laba bersihnya pada 2012 tersebut untuk membayar tuntutan dan biaya hukum lain terkait skandal derivatif berbasis hipotek ini.

Alokasi kesepakatan

Dari kesepakatan 13 miliar dollar AS tersebut, 4 miliar dollar AS dialokasikan untuk pemilik rumah yang terjerat utang karena informasi dari JPMorgan. Lalu, 2 miliar akan dibayarkan sebagai denda ke Pemerintah Federal.

Pemerintah Negara Bagian New York akan mendapatkan bagian 1 miliar dollar AS. Selebihnya, 6 miliar dollar AS, menjadi jatah para investor yang dirugikan oleh informasi JPMorgan.

Dalam sebuah pernyataan, CEO JPMorgan Jamie Dimon mengatakan bahwa kesepakatan itu mencakup "porsi yang sangat signifikan" untuk bank-bank yang tersandung sekuritas berbasis jaminan hipotek dan para pewaris pembeli produk dari bank investasi Bear Stearns dan Washington Mutual pada 2008.

Dari alokasi 4 miliar dollar untuk debitur perumahan, sepertiganya akan dipakai untuk menghapus utang pokok hipotek. "Ini bukan 4 miliar dollar AS yang sesungguhnya, tapi nilai buku yang menurut JPMorgan disebut dengan 'membayar'," kata Dennis Kelleher, Presiden Better Markets, kelompok yang mendorong regulasi keuangan ketat.

Bank juga akan menggunakan sebagian dari uang itu untuk mengurangi suku bunga KPR dan mengeluarkan pinjaman baru. Bagian lain dari dana ini akan dialokasikan untuk menghidupkan kembali kota yang suram terpukul krisis keuangan yang dampaknya masih terasa sampai sekarang.

Pemantau independen akan ditunjuk untuk mengawasi penyaluran pembayaran bantuan untuk para pemilik rumah.

Masih ditunggu pula apakah Departemen Kehakiman akan mengajukan tuntutan pidana pada JPMorgan. Sementara itu, sebuah penyidikan masih berjalan di kantor Kejaksaan AS di Sacramento, California.

Dari alokasi 6 miliar dollar AS untuk para investor, 4 miliar dollar AS merupakan denda pemerintah untuk tindakan JPMorgan menyesatkan raksasa pembiayaan perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac terkait produk derivatif berjaminan hipotek.

Pemerintah telah menyelamatkan Fannie dan Freddie dalam kesepakatan yang diumumkan pada 25 Oktober 2013. Saat ini kedua perusahaan properti tersebut berada di bawah kendali pemerintah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com