Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Minyak RI Terancam Semakin Melonjak

Kompas.com - 21/03/2014, 11:24 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo menyatakan, konsumsi energi di Indonesia kian meningkat, namun tidak diimbangi dengan produksi energi dalam negeri yang memadai. Akibatnya, ketergantungan terhadap energi pun tidak dapat dihindari.

Susilo mengatakan, dari minyak saja, saat ini konsumsi minyak di Indonesia sangat besar sehingga pemerintah harus mengimpor minyak dari Timur Tengah maupun negara-negara kawasan Asia Tengah untuk memenuhi kebutuhan minyak domestik.

"Setiap hari Pertamina harus mengimpor 350.000 barel untuk kebutuhan dalam negeri, ini akan terus naik. Sementara itu, pertumbuhan kebutuhan energi setidaknya meningkat 8 persen," kata Susilo di Jakarta, Jumat (21/3/2014).

Susilo menyatakan, impor minyak pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 1,8 juta barel. Sehingga, tentu saja defisit neraca perdagangan dari sisi migas tidak dapat dihindari selama impor minyak masih terus berlangsung. Salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi, dalam hal ini adalah mendorong penggunaan bahan bakar gas (BBG).

Pemerintah, kata Susilo, menggenjot "migrasi" dari bahan bakar minyak (BBM) ke BBG. "Salah satunya dengan convert dari BBM ke BBG. Kita punya banyak gas yang bisa dimanfaatkan untuk transportasi. Kalau kita punya effort, kita pasti bisa melakukan ini," ujar Susilo.

Pemerintah diakui Susilo akan membuat BBG tersedia dan terjangkau untuk seluruh kalangan masyarakat. Salah satu upaya terkait target pemerintah ini adalah dengan membangun infrastruktur terkait gas, seperti misalnya stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

"Kita akan bangun infarstruktur gas. Kita fokus dulu di Jakarta, kemudian di Jabodetabek, lalu menyebar ke daerah-daerah lainnya. Kita yakinkan masyarakat bahwa gas bisa dimanfaatkan karena infrastrukturnya ada," jelasnya.

Seperti diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Januari 2014 mencatat defisit sebesar 0,43 miliar dollar AS.

Defisit nilai perdagangan Indonesia lebih disebabkan besarnya defisit sektor migas, yaitu 1,06 miliar dollar AS, walaupun neraca sektor nonmigas mengalami surplus sebesar 0,63 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Catatkan Kinerja Positif Sepanjang 2023, MSIG Life Berkomitmen Tumbuh Optimal dan Berkelanjutan

Catatkan Kinerja Positif Sepanjang 2023, MSIG Life Berkomitmen Tumbuh Optimal dan Berkelanjutan

BrandzView
2 Perusahaan Pelayaran Global Nyatakan Tertarik Berkegiatan di Makassar New Port

2 Perusahaan Pelayaran Global Nyatakan Tertarik Berkegiatan di Makassar New Port

Whats New
Tutup 5 Pabrik, Kimia Farma Kalkulasikan Jumlah Karyawan yang Terdampak PHK

Tutup 5 Pabrik, Kimia Farma Kalkulasikan Jumlah Karyawan yang Terdampak PHK

Whats New
Nestlé Indonesia Dukung Pemerintah dalam Upaya Menjaga Sumber Air

Nestlé Indonesia Dukung Pemerintah dalam Upaya Menjaga Sumber Air

BrandzView
Dorong Inklusivitas Ekonomi Digital dan Tingkatkan Akses e-Commerce di Wilayah Terpencil, Lazada Gandeng Namirah Logistic

Dorong Inklusivitas Ekonomi Digital dan Tingkatkan Akses e-Commerce di Wilayah Terpencil, Lazada Gandeng Namirah Logistic

Whats New
Kurs Rupiah Hari Ini 26 Juni 2024 di BNI hingga Bank Mandiri

Kurs Rupiah Hari Ini 26 Juni 2024 di BNI hingga Bank Mandiri

Spend Smart
BEI: Investor Pasar Modal Tembus 13 Juta

BEI: Investor Pasar Modal Tembus 13 Juta

Whats New
2 Cara Ganti PIN ATM BNI Tanpa Ribet ke Bank

2 Cara Ganti PIN ATM BNI Tanpa Ribet ke Bank

Spend Smart
KPPU Duga Google Lakukan Pelanggaran, Pemerintah Terus Godok Aturan Antimonopoli

KPPU Duga Google Lakukan Pelanggaran, Pemerintah Terus Godok Aturan Antimonopoli

Whats New
Pengguna 'Paylater' di Indonesia Didominasi Kelompok yang Sudah Menikah

Pengguna "Paylater" di Indonesia Didominasi Kelompok yang Sudah Menikah

Whats New
Berapa Persen Gaji yang Harus Ditabung?

Berapa Persen Gaji yang Harus Ditabung?

Earn Smart
BCA Mobile Alami Gangguan, Nasabah Tak Bisa Cek Saldo dan Transaksi

BCA Mobile Alami Gangguan, Nasabah Tak Bisa Cek Saldo dan Transaksi

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 26 Juni 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Cabai Merah Keriting

Harga Bahan Pokok Rabu 26 Juni 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Cabai Merah Keriting

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 26 Juni 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 26 Juni 2024

Spend Smart
Tingkatkan Akses Pembiayaan Konsumen, Home Credit Andalkan 2 Fitur Ini

Tingkatkan Akses Pembiayaan Konsumen, Home Credit Andalkan 2 Fitur Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com