Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap, Rupiah Memasuki Level Rp 12.000 Per Dollar AS

Kompas.com - 25/06/2014, 08:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rupiah "terkapar" menghadapi keperkasaan dollar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot, Selasa (24/6/2014), rupiah melemah 0,03 persen dari hari sebelumnya ke Rp 11.989. Versi kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga terdepresiasi 0,24 persen dan tutup di Rp 12.000.

Seorang tresuri di Singapura mengatakan, permintaan dollar AS dari dalam negeri dan luar negeri meningkat. Itu pula yang membuat rupiah kian "loyo". "Setengah tahun terakhir banyak dollar masuk karena asing menyerbu sertifikat BI, obligasi negara, dan obligasi swasta," kata tresuri yang enggan disebutkan namanya itu kepada Kontan.

Surat berharga itu segera jatuh tempo. Di sisi lain, suplai dollar AS di luar negeri dalam non-delivery forward berkurang. "Asing ingin beli kembali dollar karena surat berharga mereka jatuh tempo. Saya perkirakan, di Juli nanti, ada permintaan antara 1,5 miliar dollar AS hingga 2 miliar dollar AS. Kini mereka mulai mencicil mencari dollar," katanya.

Menurut Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri, melemahnya rupiah lebih karena faktor eksternal seiring pertumbuhan ekonomi AS. Maklum, Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) juga melanjutkan pemangkasan stimulus (tapering).

Data ekonomi AS yang dirilis pada Senin (23/6/2014) memang menunjukkan pemulihan ekonomi sehingga menguatkan dollar AS. Misalnya, industri manufaktur mulai ekspansi, sementara penjualan rumah bekas juga naik menjadi 4,89 juta.

Dari dalam negeri, kebutuhan dollar AS dari kalangan korporasi untuk membayar gaji dan impor juga meningkat. Sentimen negatif bertambah seiring pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini oleh Bank Indonesia menjadi 5,1 persen-5,5 persen. Sentimen pemilihan presiden (pilpres) turut menggerus rupiah.

Albertus Christian, Senior Researcher and Analyst Monex Investindo Futures, mengatakan, hasil polling menunjukkan persaingan ketat sehingga menimbulkan ketidakpastian. "Juga kekhawatiran inflasi tinggi, dampak Ramadhan dan Lebaran," ujarnya.

Mika Martumpal, Research and Strategy Head Treasury and Capital Market Bank CIMB Niaga, menilai, sentimen negatif penyelenggaraan pilpres berpengaruh sesaat saja terhadap rupiah. Selanjutnya, rupiah kembali ke fundamental utamanya, yakni defisit APBN dan defisit neraca berjalan.

"Rupiah bisa menguat ke Rp 11.700, tapi bisa melemah ke Rp 12.300," kata Mika. Proyeksi Reny, rupiah membaik pada akhir tahun menjadi Rp 11.600. Alasannya, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III dan IV menyempit.

Selain itu, ada harapan perbaikan ekspor Indonesia karena ekonomi AS dan beberapa negara Eropa membaik. Tresuri Singapura itu sepakat kurs di Rp 11.600-Rp 11.800 pada akhir tahun.

Menurut Christian, capital inflow akan "deras" jika presiden terpilih sesuai ekspektasi pasar. Rupiah pun bisa ke Rp 11.500. Namun, masih ada potensi tekanan ke Rp 12.100-Rp 12.150, menunggu susunan kabinet. Tresuri Singapura tadi mewanti-wanti jangan sampai level Rp 12.000 tembus. "Jika tembus, rupiah langsung ke level tertinggi tahun ini," ujarnya. Level terlemah rupiah terhadap dollar AS terjadi pada 3 Februari lalu di posisi Rp 12.240. (Dina Farisah, Ahmad Febrian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tekuni Bisnis di Bidang TI, Ini Cerita Hassan Fuad Berhasil Lebarkan Sayap bersama Perusahaan Meta

Tekuni Bisnis di Bidang TI, Ini Cerita Hassan Fuad Berhasil Lebarkan Sayap bersama Perusahaan Meta

Work Smart
Bos BI: Kami Masih Meyakini Tren Nilai Tukar Rupiah ke Depan Akan Menguat

Bos BI: Kami Masih Meyakini Tren Nilai Tukar Rupiah ke Depan Akan Menguat

Whats New
Memahami Apa Itu SBN dan Jenisnya

Memahami Apa Itu SBN dan Jenisnya

Work Smart
Terpukul Pelemahan Rupiah, Bos Garuda Indonesia Dorong Tarif Batas Atas Direvisi

Terpukul Pelemahan Rupiah, Bos Garuda Indonesia Dorong Tarif Batas Atas Direvisi

Whats New
Wapres Ma'ruf Amin Minta BSI Dukung Pengembangan Sektor Produktif Halal

Wapres Ma'ruf Amin Minta BSI Dukung Pengembangan Sektor Produktif Halal

Whats New
UOB Kay Hian Rilis Aplikasi Perdagangan Saham dengan Fitur Lebih Segar

UOB Kay Hian Rilis Aplikasi Perdagangan Saham dengan Fitur Lebih Segar

Earn Smart
Langkah Pemerintah Tingkatkan Literasi Keuangan Penyandang Disabilitas

Langkah Pemerintah Tingkatkan Literasi Keuangan Penyandang Disabilitas

Whats New
Pahami, Ini Cara Perpanjang STNK Secara Online

Pahami, Ini Cara Perpanjang STNK Secara Online

Whats New
Pelaku UMKM Bisa Jajaki Pasar Internasional lewat BSI International Expo 2024

Pelaku UMKM Bisa Jajaki Pasar Internasional lewat BSI International Expo 2024

Whats New
Sponsori Ajang Lari Maraton, BTN Dukung 'Sport Tourism' di Jakarta

Sponsori Ajang Lari Maraton, BTN Dukung "Sport Tourism" di Jakarta

Whats New
Potensi Gas Melimpah di Jawa Timur, Pembangunan Infrastruktur Buka Pasar Baru

Potensi Gas Melimpah di Jawa Timur, Pembangunan Infrastruktur Buka Pasar Baru

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 1,37 Persen, Rupiah Melemah ke Rp 16.430 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Menguat 1,37 Persen, Rupiah Melemah ke Rp 16.430 Per Dollar AS

Whats New
Bos Bulog Beri Penjelasan soal Beras Impor Sempat Tertahan di Pelabuhan

Bos Bulog Beri Penjelasan soal Beras Impor Sempat Tertahan di Pelabuhan

Whats New
Anggota DPR Sebut Petani Masih Sulit Dapat Pupuk Subsidi

Anggota DPR Sebut Petani Masih Sulit Dapat Pupuk Subsidi

Whats New
Pemerintah Bakal Bangun Pipa Gas Dumai - Sei Mangkei pada 2025

Pemerintah Bakal Bangun Pipa Gas Dumai - Sei Mangkei pada 2025

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com