JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sudah melemah hampir 10 persen dari tahun lalu (year on year/yoy). Depresiasi ini dinilai berdampak buruk terhadap perekonomian RI.
Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah setara dengan Rp 16.365 per dollar AS pada 19 Juli 2024. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, kurs rupiah masih setara Rp 14.995 per dollar AS. Dengan demikian, rupiah sudah melemah sekitar 9,14 persen dalam kurun waktu satu tahun.
"Ini cukup tidak baik untuk perekonomian," kata pengamat ekonomi senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, dalam "Obrolan Newsroom" Kompas.com, Rabu (19/6/2024).
Baca juga: Ekonom: Pelemahan Rupiah Pengaruhi Laju Pertumbuhan Pasar Saham
Tauhid mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah utamanya bakal dirasakan oleh para pelaku usaha.
Biaya produksi pelaku usaha berpotensi meningkat, seiring dengan meningkatnya harga komoditas dasar yang diimpor dari luar negeri.
"Ini kemudian memengaruhi bisnis mereka," ujarnya.
Selain itu, depresiasi rupiah juga bakal berdampak terhadap biaya pembayaran utang luar negeri yang lebih besar.
Bahkan, Tauhid bilang, depresiasi rupiah yang sudah hampir mencapai 10 persen dampaknya lebih besar dari tingkat suku bunga acuan yang tinggi.
"Risiko nilai tukar jauh lebih besar dari risiko suku bunga sendiri," ujar Tauhid.
Baca juga: Waspada Melemahnya Rupiah
Bukan hanya bagi pelaku usaha, dampak depresiasi rupiah pun bakal dirasakan masyarakat. Tauhid menyebutkan, salah satu dampak dari depresiasi rupiah yang bakal dirasakan masyarakat ialah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pasalnya, kurs rupiah merupakan salah satu faktor penentu badan usaha migas dalam menetapkan harga BBM. Oleh karenanya, depresiasi rupiah yang signifikan diproyeksi mengerek harga BBM.
"Ketika nilai tukar rupiah kita terdepresiasi katakan 10 persen itu harga BBM di pom bensin bergeraklah," ucap Tauhid.
Baca juga: Pantau Dampak Pelemahan Rupiah, Kemenhub: Belum Ada Maskapai yang Mengeluh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.