Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APBN Defisit Rp 21,8 Triliun, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 27/06/2024, 11:09 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja (APBN) mencatatkan defisit sampai dengan pengujung Mei 2024. Hal ini menjadi yang pertama kalinya APBN mencatat defisit pada tahun 2024.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, hingga akhir Mei lalu, APBN mencatat defisit sebesar Rp 21,8 triliun. Nilai ini setara dengan 0,10 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Total anggaran kita membukukan defisit Rp 21,8 triliun atau ini artinya 0,1 persen dari produk domestik bruto," ujar dia, dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (27/6/2024).

Baca juga: Wanti-wanti IMF Terhadap APBN Pemerintahan Baru

Defisit APBN terjadi seiring dengan pendapatan negara yang menurun. Di sisi lain, belanja negara tercatat tumbuh signifikan.

Sri Mulyani melaporkan, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.123,5 triliun sampai dengan pengujung Mei. Nilai ini setara dengan 40,1 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN, yakni Rp 2.802,3 triliun.

"Meskipun pencapaian ini untuk bulan Mei dari sisi persentase cukup baik, namun kalau kita lihat pertumbuhan dibandingkan tahun lalu bulan Mei terjadi penurunan 7,1 persen yoy," tuturnya.

Penurunan itu disebabkan oleh pendapatan negara yang tumbuh pesat pada tahun 2022 - 2023. Sri Mulyani menyebutkan, pada periode tersebut, harga berbagai komoditas unggulan nasional meningkat signifikan, sehingga mengerek angka pendapatan negara. Lalu, seiring dengan terjadinya normalisasi harga komoditas yang sama, pendapatan negara menurun.

"Ini tentu sesuatu yang perlu untuk terus kita monitor dan waspadai," katanya.

Baca juga: Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Sementara itu, realisasi belanja negara telah mencapai Rp 1.145,3 triliun. Nilai itu setara dengan 34,4 persen dari pagu anggaran yang disiapkan, yakni Rp 3.325,1 triliun.

"Dan ini 14 persen (lebih tinggi) dibandingkan tahun lalu," ujar Sri Mulyani.

Pertumbuhan belanja negara yang mencapai angka "double digit" salah satunya disebabkan oleh adanya belanja yang perlu dilakukan di awal tahun atau disebut frontloading.

Dengan perkembangan pendapatan dan belanja tersebut, APBN mencatatkan defisit sebesar Rp 21,8 triliun.

Sementara itu, keseimbangan primer masih mencatatkan surplus, yakni Rp 184,2 triliun. Sebagai informasi, keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi pengeluaran negara, di luar pembayaran utang.

Baca juga: Bank Dunia: Perpanjangan Bansos Dorong Defisit APBN Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com