Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggul Raksasa Jakarta Bentengi Proyek Intiland

Kompas.com - 23/10/2014, 09:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
Memiliki lahan strategis adalah salah satu kunci sukses dalam berbisnis properti. Ini pula yang menjadi target PT Intiland Development Tbk (DILD).

DILD bakal menerima berkah dari maraknya proyek infrastruktur di wilayah DKI Jakarta, seperti proyek monorel, mass rapid transit (MRT) dan proyek tanggul raksasa (Giant Sea Wall). Sebab, pengembang properti ini memiliki lahan di sekitar proyek tersebut.

Sebut saja proyek apartemen Regatta II di Pantai Mutiara, Jakarta Utara milik DILD yang berdekatan dengan proyek Giant Sea Wall. Mega proyek tanggul raksasa itu dirancang untuk menangkal banjir. Perseroan ini juga akan melanjutkan proyek reklamasi di wilayah yang sama.

Sebelumnya, DILD pernah mereklamasi pantai di wilayah itu seluas 100 hektare. "Pengembangan Pantai Mutiara adalah kelanjutan dari proyek sebelumnya yang sudah kami kembangkan seluas 100 ha. Sisa 63 ha lagi merupakan bagian dari proyek reklamasi Giant Sea Wall dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan total luas reklamasi 5.100 ha," ujar Suhendro Prabowo, Chief Operating Officer DILD, belum lama lalu.

Analis Trimegah Securities Naarah Joesoef menilai, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah DKI Jakarta dapat mendatangkan untung bagi DILD. "Secara tidak langsung, ini bisa mengerek harga tanah perseroan di wilayah itu," ungkap dia kepada KONTAN, Rabu (22/10/2014).

Sebagian besar proyek DILD memang berada di Jakarta dan Surabaya, dengan total landbank 2.000 ha.

Apabila Giant Sea Wall terwujud, menurut Naarah, kelak proyek DILD seperti Regatta II akan terhindar dari ancaman banjir. "Harga tanah milik DILD diperkirakan bisa naik 20 persen dari harga biasanya," ungkap dia.

Michele Gabriela, analis Sucorinvest Central Gani dalam risetnya pada 16 Oktober 2014 menilai, proyek Giant Sea Wall ini tak hanya menguntungkan DILD, tapi juga PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) yang memiliki lahan di sekitar proyek itu.

Proyeksi kinerja DILD
Michele menargetkan, DILD pada tahun ini dapat meraup pendapatan berkisar Rp 1,9 triliun hingga Rp 2,2 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 26 persen-46 persen dibandingkan pendapatan tahun lalu senilai Rp 1,51 triliun. Namun, laba bersihnya diproyeksikan menyusut 4 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 310 miliar. Penurunan ini akibat meningkatnya beban akibat kebijakan loan to value (LTV) di sektor properti.

Meski demikian, Naraah berpendapat bahwa DILD masih bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan bisnis properti. Saat ini, Intiland masih mengandalkan pendapatan dari apartemen dan perkantoran yang berlokasi di pusat Ibukota. "Dan tak banyak perusahaan properti yang memiliki hal itu," tutur Naarah.

Dia memproyeksikan pendapatan DILD pada tahun ini akan tumbuh 20 persen menjadi Rp 1,81 triliun.

Naarah dan Michele merekomendasikan buy DILD. Naarah memasang target Rp 730 per saham, sedangkan Michele menargetkan Rp 650 per saham. Analis RHB OSK Securities Lydia Suwandi juga merekomendasikan buy DILD dengan target Rp 610 per saham. Harga saham DILD kemarin naik 1,67 persen menjadi Rp 610 per saham. (Sinar Putri S.Utami)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tekuni Bisnis di Bidang TI, Ini Cerita Hassan Fuad Berhasil Lebarkan Sayap bersama Perusahaan Meta

Tekuni Bisnis di Bidang TI, Ini Cerita Hassan Fuad Berhasil Lebarkan Sayap bersama Perusahaan Meta

Work Smart
Bos BI: Kami Masih Meyakini Tren Nilai Tukar Rupiah ke Depan Akan Menguat

Bos BI: Kami Masih Meyakini Tren Nilai Tukar Rupiah ke Depan Akan Menguat

Whats New
Memahami Apa Itu SBN dan Jenisnya

Memahami Apa Itu SBN dan Jenisnya

Work Smart
Terpukul Pelemahan Rupiah, Bos Garuda Indonesia Dorong Tarif Batas Atas Direvisi

Terpukul Pelemahan Rupiah, Bos Garuda Indonesia Dorong Tarif Batas Atas Direvisi

Whats New
Wapres Ma'ruf Amin Minta BSI Dukung Pengembangan Sektor Produktif Halal

Wapres Ma'ruf Amin Minta BSI Dukung Pengembangan Sektor Produktif Halal

Whats New
UOB Kay Hian Rilis Aplikasi Perdagangan Saham dengan Fitur Lebih Segar

UOB Kay Hian Rilis Aplikasi Perdagangan Saham dengan Fitur Lebih Segar

Earn Smart
Langkah Pemerintah Tingkatkan Literasi Keuangan Penyandang Disabilitas

Langkah Pemerintah Tingkatkan Literasi Keuangan Penyandang Disabilitas

Whats New
Pahami, Ini Cara Perpanjang STNK Secara Online

Pahami, Ini Cara Perpanjang STNK Secara Online

Whats New
Pelaku UMKM Bisa Jajaki Pasar Internasional lewat BSI International Expo 2024

Pelaku UMKM Bisa Jajaki Pasar Internasional lewat BSI International Expo 2024

Whats New
Sponsori Ajang Lari Maraton, BTN Dukung 'Sport Tourism' di Jakarta

Sponsori Ajang Lari Maraton, BTN Dukung "Sport Tourism" di Jakarta

Whats New
Potensi Gas Melimpah di Jawa Timur, Pembangunan Infrastruktur Buka Pasar Baru

Potensi Gas Melimpah di Jawa Timur, Pembangunan Infrastruktur Buka Pasar Baru

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 1,37 Persen, Rupiah Melemah ke Rp 16.430 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Menguat 1,37 Persen, Rupiah Melemah ke Rp 16.430 Per Dollar AS

Whats New
Bos Bulog Beri Penjelasan soal Beras Impor Sempat Tertahan di Pelabuhan

Bos Bulog Beri Penjelasan soal Beras Impor Sempat Tertahan di Pelabuhan

Whats New
Anggota DPR Sebut Petani Masih Sulit Dapat Pupuk Subsidi

Anggota DPR Sebut Petani Masih Sulit Dapat Pupuk Subsidi

Whats New
Pemerintah Bakal Bangun Pipa Gas Dumai - Sei Mangkei pada 2025

Pemerintah Bakal Bangun Pipa Gas Dumai - Sei Mangkei pada 2025

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com