Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Masih Minus?

Kompas.com - 13/11/2015, 08:10 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI mencapai 4,73 persen pada kuartal III 2015. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi kawasan Kalimantan malah jauh di bawah besaran pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan berada pada kisaran minus. Mengapa demikian?

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung menjelaskan, pertumbuhan ekonomi kawasan Kalimantan pada kuartal III 2015 mencapai -0,1 persen, lebih rendah ketimbang -1,39 persen pada kuartal II 2015.

"Kalimantan sebenarnya di beberapa tahun terakhir sangat tergantung pada komoditas batu bara dan minyak. Dua-duanya itu harga dan permintaannya turun," ujar Juda di Kantor Perwakilan (KPw) BI Yogyakarta, Kamis (12/11/2015) malam.

Juda menjelaskan, akibat penurunan harga dan permintaan kedua komoditas tersebut, maka tidak mengherankan apabila pertumbuhan ekonomi Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur, begitu anjlok.

Porsi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur, kata Juda, merupakan porsi mayoritas pendukung pertumbuhan ekonomi Kalimantan. Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan masih tumbuh mencapai 3,9 persen.

Sementara itu, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah masing-masing mencapai 4,2 dan 6,7 persen.

Namun, porsi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur begitu besar, sehingga ketika pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut anjlik, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan ke bawah.

Juda mengungkapkan bahwa ke depan bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan akan tumbuh positif. Hal ini akan terjadi apabila dari sisi global akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik. Sehingga, permintaan komoditas diharapkan akan membaik.

"Harganya (komoditas) diperkirakan tidak turun drastis seperti tahun ini. Tahun ini turun 15 persen, tapi tahun depan diharapkan (penurunannya) sekitar 6 sampai 7 persen, walaupun trennya turun tapi penurunannya tidak rendah," terang Juda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini 5 Aturan Dasar Berinvestasi, Investor Baru Wajib Mengerti

Ini 5 Aturan Dasar Berinvestasi, Investor Baru Wajib Mengerti

Work Smart
OJK Belum Terima Permohonan Resmi Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat

OJK Belum Terima Permohonan Resmi Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat

Whats New
Bank Dunia: Indonesia Punya Banyak Perusahaan Kecil tetapi Kurang Produktif...

Bank Dunia: Indonesia Punya Banyak Perusahaan Kecil tetapi Kurang Produktif...

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Sujanto Su jadi Chief Financial Officer

Citi Indonesia Tunjuk Sujanto Su jadi Chief Financial Officer

Whats New
BEI Bakal Berlakukan 'Short Selling' pada Oktober 2024

BEI Bakal Berlakukan "Short Selling" pada Oktober 2024

Whats New
Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Whats New
Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Whats New
Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Whats New
Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Whats New
Kisah Anita Dona, 'Nekat' Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Kisah Anita Dona, "Nekat" Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Smartpreneur
Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

Whats New
BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

Rilis
Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Whats New
Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com