Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Jagung Indonesia adalah Keniscayaan...

Kompas.com - 16/03/2017, 17:20 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Raut wajah Andi Amran Sulaiman terlihat sumringah saat dirinya mengulang kembali cerita pertemuannya pada Jumat pertama Maret tahun ini dengan Menteri Pertanian dan Industri Azas Tani Malaysia, Dato' Sri Ahmad Shabery Cheek, di kantornya, Kementerian Pertanian (Kementan) di Jakarta.

"Malaysia ingin impor jagung dari kita (Indonesia) 3 juta ton," kata Menteri Pertanian Indonesia ini saat memberi sambutan di Desa Tritunggal, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Selasa (7/3/2017).

Sampai kini, menurut Shabery, Malaysia mengimpor jagung dari Argentina dan Amerika Serikat (AS). Rata-rata, total impor dari kedua negara itu mencapai 3 juta ton per tahun, senilai sekitar 1 miliar dollar AS. Impor jagung Malaysia untuk mencukupi kebutuhan peternakan (Baca: Jagung yang "Satukan" Serumpun Melayu).

Kembali, Amran bercerita tentang niat kuatnya menjadikan Indonesia mampu mencukupi sendiri kebutuhan akan jagung. Hanya dengan cara begitu, menurut dia, ekspor jagung Indonesia menjadi keniscayaan.

Saat itu, Bupati Lamongan Fadeli dan Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat (Aster KSAD) Mayor Jenderal Komaruddin Simanjuntak tampak menyimak penuturan Amran.

"Kita mulai dengan tidak melakukan impor jagung," kata Amran.

Di Indonesia ada dua segmen yang menjadi tolok ukur kebutuhan jagung nasional. Pertama adalah industri pakan ternak. Sementara, yang kedua, jagung sebagai pangan.

Simak sejenak data Kementerian Perindustrian pada laman resmi kemenperin.go.id. Pada 2016, kebutuhan jagung nasional berada di angka 13,8 juta ton. Industri pakan mengambil porsi 8,6 juta ton. Sementara, kebutuhan nasional jagung untuk pangan sebesar 5,2 juta ton.

Pada 2015, kebutuhan jagung nasional mencapai 13,1 juta ton. Dari jumlah itu, kebutuhan pakan mencapai 8,3 juta ton dan untuk pangan mencapai 4,1 juta ton.

Pemerintah melakukan dua cara untuk mencukupi kebutuhan jagung nasional. Salah satunya melalui impor. Pada 2016, impor jagung mencapai 2,4 juta ton. Jumlah itu diserap seluruhnya oleh industri pakan.

Masih menurut data itu, pada 2017, kebutuhan jagung nasional untuk industri pakan bertengger di angka 8,6 juta ton. Dari jumlah itu, 30 persen kecukupannya dilakukan melalui impor. Ada empat negara asal jagung impor Indonesia yakni India, Brasil, Thailand, dan AS.

Hamzah Suasana panen raya jagung di kawasan jagung modern Lamongan, Selasa (24/1/2017).
Naik

Sementara itu, laman resmi Kementan, pertanian.go.id menunjukkan bahwa pada 2017, produksi jagung bakal naik menjadi 23,16 juta ton. Menurut Amran, pada April 2017 diprediksi akan terjadi produksi besar sebanyak 12 juta ton. Setahun silam, produksi jagung nasional ada di posisi 19,83 juta ton.

Dalam catatan Amran, kemudian, pihaknya telah mengembangkan produksi jagung melalui upaya khusus (upsus). Salah satunya melalui perluasan lahan tanam sebagaimana dilakukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sentra jagung di Indonesia, di samping NTT, adalah Provinsi Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya di Dompu, Bima, Sumbawa, Jawa Timur, dan Lampung (Baca: Menteri Pertanian Canangkan Lamongan Sebagai Lumbung Benih Jagung Nasional).

Ada juga intensifikasi secara besar-besaran dengan benih unggul 1,5 juta hektare (ha), serta integrasi jagung di lahan perkebunan dan hutan seluas 724.000 hektar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI Tunjuk Mantan Petinggi OJK Jadi Komisaris Utama

BEI Tunjuk Mantan Petinggi OJK Jadi Komisaris Utama

Whats New
Masuk Semester II 2024, Upbit Optimis Aset Kripto Tumbuh Positif

Masuk Semester II 2024, Upbit Optimis Aset Kripto Tumbuh Positif

Whats New
Shopee Bantah Lakukan Monopoli Jasa Kurir di Platformnya

Shopee Bantah Lakukan Monopoli Jasa Kurir di Platformnya

Whats New
4 Tips Menggunakan Kartu Kredit ala Renata Kusmanto

4 Tips Menggunakan Kartu Kredit ala Renata Kusmanto

Spend Smart
Nilai Rata-rata Transaksi 'Paylater' di Indonesia Masih di Bawah Rp 500.000

Nilai Rata-rata Transaksi "Paylater" di Indonesia Masih di Bawah Rp 500.000

Whats New
Rupiah Kembali Terkapar, Dollar AS Tembus Rp 16.400

Rupiah Kembali Terkapar, Dollar AS Tembus Rp 16.400

Whats New
Permudah BPR Ajukan Perizinan Kelembagaan, OJK Luncurkan Aplikasi SPRINT

Permudah BPR Ajukan Perizinan Kelembagaan, OJK Luncurkan Aplikasi SPRINT

Whats New
Sepanjang 2023, Aplikasi Investasi Pluang Catat Kenaikan Nilai Transaksi 22 Kali Lipat

Sepanjang 2023, Aplikasi Investasi Pluang Catat Kenaikan Nilai Transaksi 22 Kali Lipat

Whats New
KPPI Mulai Penyelidikan soal Impor Ubin Keramik

KPPI Mulai Penyelidikan soal Impor Ubin Keramik

Whats New
Karier.mu dan Women’s World Banking Luncurkan Modul Kapabilitas Keuangan dan Digital, Bisa Diakses Gratis

Karier.mu dan Women’s World Banking Luncurkan Modul Kapabilitas Keuangan dan Digital, Bisa Diakses Gratis

Whats New
Bersama Mentan Amran, Presiden Jokowi Lakukan Peninjauan Program Pompanisasi di Kotawaringin Timur

Bersama Mentan Amran, Presiden Jokowi Lakukan Peninjauan Program Pompanisasi di Kotawaringin Timur

Whats New
IHSG Menguat di Akhir Sesi, Rupiah Koreksi

IHSG Menguat di Akhir Sesi, Rupiah Koreksi

Whats New
Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Whats New
Badan Bank Tanah Targetkan Peningkatan Aset Lahan 23.000 Hektar Tahun Ini

Badan Bank Tanah Targetkan Peningkatan Aset Lahan 23.000 Hektar Tahun Ini

Whats New
Surge dan Arsari Group Sepakati Kerja Sama Penyediaan Akses Internet Masyarakat

Surge dan Arsari Group Sepakati Kerja Sama Penyediaan Akses Internet Masyarakat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com