Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Adhi Nugroho
Kepala Unit Humas Bank Indonesia Kalimantan Selatan

Kepala Unit Humas Bank Indonesia Kalimantan Selatan

Dekadensi Depedensi Dollar AS

Kompas.com - 29/09/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Untuk memitigasinya, bank sentral AS, Kanada, Inggris, Jepang, Eropa, dan Swiss mesti mengambil langkah intervensi luar biasa (extraordinary) lewat sokongan likuiditas.

Itu sebabnya, banyak negara mengurangi penggunaan dollar AS. Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat, dalam dua dekade terakhir pangsa dollar AS dalam cadangan devisa dunia berkurang drastis. Dari semula 71 persen pada 2020 menjadi hanya 58 persen pada 2022.

Dekadensi serupa terjadi pada surat utang AS. Usai menjadi primadona portfolio investasi dunia, kini surat utang AS lebih banyak dipegang oleh investor domestik.

Data Bank Sentral AS mengungkap, usai mencapai puncaknya sebesar 57 persen pada 2008, pangsa investor asing yang memegang surat utang AS terus terdegradasi hingga menjadi 31 persen pada 2022.

Dalam beberapa tahun ke depan, dedolarisasi diprediksi akan terus menjadi agenda kerja sama ekonomi negara-negara berkembang.

Salah satu yang paling kencang mengembuskan wacana menciptakan mata uang baru adalah BRICS, terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Mirip dengan LCT ataupun Euro, mata uang baru BRICS bertujuan memfasilitasi transaksi perdagangan dan investasi di antara para negara anggota, sekaligus menantang hegemoni dollar AS.

Terlebih, BRICS baru saja menyepakati enam kandidat baru untuk bergabung. Mereka adalah Arab Saudi, Argentina, Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Keenam negara itu akan resmi menjadi anggota pada 1 Januari 2024.

Efisiensi Transaksi

Seperti pepatah, “jangan menaruh telur dalam satu keranjang”, dedolarasi adalah respons logis untuk memitigasi risiko nilai tukar. Ketergantungan dominan terhadap dollar AS terbukti lebih banyak melahirkan mudarat ketimbang manfaat.

Apalagi, saat ini dunia tengah dihadapkan pada era inflasi tinggi. Survei Persepsi Risiko Global 2022-2023 besutan World Economic Forum mengungkap krisis biaya hidup (cost-of-living crisis) sebagai risiko yang dipersepsikan sangat mungkin terjadi dalam dua tahun ke depan.

Tanda-tanda ke arah sana sudah bisa kita temukan pada apresiasi harga beras. Data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mencatat, pada Agustus 2023, harga beras dunia mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Musim kering berkepanjangan (El Nino) dan larangan ekspor beras oleh India menjadi dua penyebab utama lonjakan harga beras dunia. Dalam konteks itu, IMF memprediksi tingkat inflasi dunia tahun ini masih akan tinggi di angka 6,8 persen.

Oleh karenanya, efisiensi biaya transaksi yang ditawarkan LCT akan memberi keuntungan bagi pelaku ekonomi. Lewat skema itu, pelaku perdagangan dan investasi cukup menggunakan kuotasi tunggal tanpa perlu mengonversi ke dalam dollar AS.

Di samping itu, LCT akan memperluas pilihan aset keuangan bagi pelaku ekonomi sehingga menambah keragaman portfolio investasi. Diversifikasi aset tersebut, pada gilirannya, berperan sebagai pelindung dari risiko volatilitas mata uang.

Patut digarisbawahi, upaya meningkatkan utilisasi LCT dengan berbagai negara perlu dibarengi dengan reformasi struktural. Sebab volume transaksi dan jumlah pengguna LCT akan berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan negara lain terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi nasional.

Dalam konteks Tiongkok, bersamaan dengan promosi LCT, sejumlah proyek investasi ditawarkan kepada investor Tiongkok.

Proyek itu terbagi ke dalam empat sektor, yaitu energi terbarukan, proyek di kawasan Ibu Kota Negara, infrastruktur transportasi, dan industri kendaraan listrik.

Keberlanjutan proyek-proyek itu nantinya akan menentukan, apakah skema LCT Tiongkok yang disiapkan sejak dua tahun silam mampu membawa manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Terakhir, Segera Daftar Kartu Prakerja Gelombang 69

Hari Terakhir, Segera Daftar Kartu Prakerja Gelombang 69

Whats New
Gambaran APBN Pertama Prabowo: Beban Utang Naik, Defisit Anggaran Melebar

Gambaran APBN Pertama Prabowo: Beban Utang Naik, Defisit Anggaran Melebar

Whats New
Masuk Tahap Komisioning, Smelter Amman Ditarget Produksi Semester II-2024

Masuk Tahap Komisioning, Smelter Amman Ditarget Produksi Semester II-2024

Whats New
Soal Dana Tapera 124.960 Pensiunan PNS 'Macet', Ini Respons BP Tapera

Soal Dana Tapera 124.960 Pensiunan PNS "Macet", Ini Respons BP Tapera

Whats New
Izin Tambang PBNU di Kaltim Bisa Terbit dalam 15 Hari

Izin Tambang PBNU di Kaltim Bisa Terbit dalam 15 Hari

Whats New
Kepala IKN Mundur, Luhut: Kalau Merasa Tak Bisa Laksanakan Tugas, Ya Mundur

Kepala IKN Mundur, Luhut: Kalau Merasa Tak Bisa Laksanakan Tugas, Ya Mundur

Whats New
BKPM Bilang, Baru PBNU yang Ajukan Izin Tambang, Ormas Lain Belum Ada

BKPM Bilang, Baru PBNU yang Ajukan Izin Tambang, Ormas Lain Belum Ada

Whats New
BP Tapera Buka Suara soal Dana 124,9 Ribu Pensiunan PNS Belum Cair

BP Tapera Buka Suara soal Dana 124,9 Ribu Pensiunan PNS Belum Cair

Whats New
Cara Terima Uang lewat QRIS Livin' by Mandiri

Cara Terima Uang lewat QRIS Livin' by Mandiri

Spend Smart
Cara Transfer BTN ke OVO via Mobile Banking dan ATM

Cara Transfer BTN ke OVO via Mobile Banking dan ATM

Spend Smart
Cara Mudah Mengatasi Lupa Username dan Password BRImo Tanpa ke Bank

Cara Mudah Mengatasi Lupa Username dan Password BRImo Tanpa ke Bank

Whats New
Dirut PLN: Perlu Kolaborasi untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi dan Perubahan Iklim

Dirut PLN: Perlu Kolaborasi untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi dan Perubahan Iklim

Whats New
RGAS Bidik Pendapatan Tumbuh 15 Persen Tahun Ini, Apa Strateginya?

RGAS Bidik Pendapatan Tumbuh 15 Persen Tahun Ini, Apa Strateginya?

Whats New
APLN Gelar Serah Terima Perdana Rumah di Bukit Podomoro Jakarta

APLN Gelar Serah Terima Perdana Rumah di Bukit Podomoro Jakarta

Whats New
Industri Semen 'Overcapacity', Kemenperin Singgung PR Peningkatan Permintaan Dalam Negeri hingga Ekspor

Industri Semen "Overcapacity", Kemenperin Singgung PR Peningkatan Permintaan Dalam Negeri hingga Ekspor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com