Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Corona Mulai Dirasakan RI: Modal Asing Kabur Rp 30 Triliun, Rupiah Terkapar

Pada perdagangan Jumat (29/2/2020) kemarin, rupiah berada pada posisi Rp 14.318 per dollar AS atau melemah 2,09 persen dibanding penutupan perdagangan di hari sebelumnya yang masih di posisi Rp 14.025 per dollar AS.

Jika dilihat dalam kurun waktu satu tahun terakhir, kinerja rupiah tersebut adalah yang terlemah sejak Agustus 2019 lalu. Kala itu, rupiah berada di level Rp 14.325 per dollar AS.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup di zona merah pada penutupan perdagangan pekan ini.

Sepanjang pekan, IHSG terus berkubang di zona merah dan terkoreksi hingga 7,3 persen.

IHSG ditutup turun 82,99 poin (1,5 persen) pada 5.452,70. Indeks berhasil mengurangi kerugiannya setelah sempat anjlok lebih dari 4 persen atau 200 poin ke kisaran 5.200 pada perdagangan terakhir di bulan Februari ini.

Pada perdagangan hari ini terdapat 330 saham merah, 140 saham stagnan, dan hanya 90 saham hijau. Adapun nilai transaksi mencapai Rp 9,27 triliun dengan volume 8,55 miliar saham.

Berikut fakta-fakta terkait dampak nilai tukar rupiah ke pasar keuangan RI seperti dihimpun oleh Kompas.com:

1. Aliran modal asing keluar Rp 30,8 triliun dari RI

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, berdasarkan data BI per 27 Februari 2020, aliran modal asing alami outflow sebesar Rp 26,2 triliun. Dia merinci, aliran modal asing yang keluar terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 26,2 triliun, saham Rp 4,1 triliun sehingga total outflow sebesar Rp 30,8 triliun secara neto.

"Sebagai informasi, aliran modal asing secara neto bulan ini untuk SBN terjadi outflow Rp 26,2 triliun. Secara gross-nya tentu saja lebih besar karena ada inflow yang membeli SBN dari lelang Kementerian Keuangan," ucapnya.

Namun, secara year to date, mulai akhir Januari hingga Februari 2020, terjadi aliran modal asing yang keluar sebesar Rp 16 triliun.

"Kalau kita hitung year to date-nya, dari Januari, ingat di Januari terjadi nett inflow, sementara akhir Januari sampai Februari karena pengaruh corona virus terjadi outflow. Kalau secara year to date terjadi nett outflow Rp 11 triliun, saham nett outflow Rp 1,6 triliun, totalnya adalah Rp 16 triliun," jelasnya.

2. BI lakukan triple intervensi

Perry mengatakan Bank Indonesia telah melakukan upaya stabilisasi pasar, yakni dengan triple intervensi.

"Kita melakukan triple intervensi di tiga aspek. Pertama di spot, yaitu menjual valas untuk mengendalikan nilai tukar rupiah. Kedua, kita stabilkan nilai tukar melalui DNDF. Ketiga, intervensi melalui pembelian SBN (Surat Berharga Negara) yang dilepas oleh investor asing," jelasnya.

Sebelumnya Perry menjelaskan akibat dari dampak virus corona membuat nilai tukar di beberapa negara mengalami perlemahan. Misalnya saja won Korea yang mengalami perlemahan hingga 5,07 persen secara harian atau year to date (ytd).

Sedangkan bath Thailand terdepresiasi sebesar 6,42 persen dan Dolar Singapura mengalami perlemahan sebesar 3,67 persen. Sedangkan ringgit Malaysia yang terdeprediasi 2,91 persen. Sementara itu, nilai tukar rupiah juga mengalami perlemahan sebesar 1,08 persen ytd, menjadi di level Rp 14.000 terhadap dollar AS.

"Lagi-lagi corona virus itu sekarang berdampak pada perilaku investor global, terhadap kepemilikan investasi mereka di berbagai negara. Mereka pada saat ini cenderung jual dulu. Kemudian outflow dulu, kemudian kalau kondisinya membaik, kemudian masuk lagi," ucap dia.

3. Ada 3 sektor yang paling terdampak

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti pun menjelaskan, setidaknya ada 3 sektor yang bakal terpukul paling keras akibat wabah virus corona yang terjadi secara berkepanjangan.

Destry pun mengatakan sampai saat ini efek dari virus Corona masih terus diukur namun yang pasti dapat mengancam perekonomian Indonesia apalagi jika pemerintah tidak berbuat apa-apa.

"Terus terang secara kuantifisi efek dari virus Corona masih terus diukur namun yang pasti akibat Corona ini ada tiga sektor ril Indonesia yang terganggu yaitu sektor pariwisata, perdagangan dan investasi," ujarnya di Jakarta, Jumat (28/2/2020).

Untuk sektor pariwisata, Destry mengatakan selama ini wisatawan mancanegara (wisman) yang paling banyak berlibur ke Indonesia adalah wisman yang berasal dari China. Bahkan wisatawan tersebut telah berkontribusi dalam penambahan devisa negara dengan nilai yang cukup besar mencapai 1,2 milliar sampai 1,5 milliar dollar AS.

"Namun dengan adanya virus Corona, penerbangan dari dan ke China menjadi terhambat makanya sektor wisata pun kena dampaknya," jelasnya.

Sektor kedua perdagangan. Dalam hal ini menurut Despry China sangat berperan penting mengingat Indonesia sangat sering melakukan kegiatan impor dari China.

"Karena hantaman dari wabah ini jika perdagangan China memburuk maka kondisi tersebut juga akan berpengaruh ke global apalagi ke Indonesia," sambungnya. Sektor ketiga, investasi. China merupakan negara nomor dua terbesar dalam penanaman modal ke Indonesia. Bahkan baru-baru ini China masuk ke industri hilirisasi nikel. Walaupun demikian Destry optimis Bank Indonesia dan pemerintah tidak akan tinggal diam dan melakukan banyak stimulus agar dampak virus Corona bisa dimitigasi.

"Kalau kami lakukan stimulus dampaknya bisa dimitigasi dan kalau disebut bisa berdampak sampai krisis gitu yah enggak," kata dia.

https://money.kompas.com/read/2020/02/29/091300026/dampak-corona-mulai-dirasakan-ri--modal-asing-kabur-rp-30-triliun-rupiah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke