Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga Telur Ayam Terus Naik, Ini Penyebabnya

Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Inti Pertiwi mengatakan, ada sejumlah alasan yang menyebabkan mahalnya harga telur ayam saat ini.

Diantaranya, tren permintaan telur ayam yang memang sudah naik di sepanjang pandemi. Berdasarkan perhitungannya, terjadi kenaikan konsumsi telur sebesar 0,09 kilogram per kapita per tahun.

Adapun menurut Asosiasi Peternak Layer Nasional, konsumsi telur di masa pandemi diperkirakan naik 4 kilogram per kapita, dari 14,7 kilogram per kapita menjadi 18,7 kilogram per kapita.

"Mungkin pada beralih ke telur, karena melihat keunggulan telur dibandingkan komoditas peternakan lainnya. Telur kan mudah didapatkan, harga lebih terjangkau, dan mudah di proses jadi bahan makanan. Sehingga bisa jadi saat pandemi, ada peralihan dari konsumsi daging sapi dan ayam ke telur, ini yang meningkatkan permintaan telur," ujar Inti kepada Kompas.com, Senin (21/12/2020).

Permintaan pun kian melonjak jelang air tahun mengingat secara musiman tiap masa libur Natal dan Tahun Baru permintaan telur ayam memang meningkat dari biasanya.

Di sisi lain, kata Inti, permintaan terhadap telur yang naik pesat itu tak dibarengi ketersediaan stok telur ayam di pasaran, bahkan pasokannya tengah menurun saat ini.

"Kemudian suplai turun. Jadi yang sebabkan harga tambah parah naiknya, itu karena permintaannya naik tapi suplainya turun," kata dia.

Ia bilang, penurunan suplai tak terlepas dari dampak kebijakan Kementan untuk menstabilkan harga ayam yang terus anjlok dengan pembatasan jumlah telur tetas dan afkir dini induk ayam.
Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Dirjen PKH No.09246T/SE/PK/230./F/08/2020 Tentang Pengurangan DOC FS Melalui Cutting HE Umur 18 Hari, Penyesuaian Setting HE dan Afkir Dini PS Tahun 2020.

Namun, lanjut Inti, kebijakan ini tak bisa disalahkan sebab dinilai menjadi satu-satunya langkah untuk menolong peternak dari kerugian besar akibat turunnya harga ayam sejak 2 tahun terakhir.

"Tapi perlu digarisbawahi bahwa kebijakan itu diambil untuk menyelamatkan peternak. Saat itu kalau tidak diambil kebijakan mengurangi produksi, kasihan peternak ayam yang sudah jatuh harganya," ungkap dia.


Selain itu, produksi juga terpengaruh oleh kondisi cuaca yang ekstrem, hal itu menurut pernyataan para peternak di Blitar kepada Inti. Di sisi lain, harga bahan baku pakan juga trennya naik.

"Jadi harga naik karena adanya syok terhadap permintaan dan suplainya juga berkurang, enggak banyak pengurangannya memang, tapi tetap saja berkurang," jelas Inti.

Dihubungi terpisah, Juru Bicara Menteri Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana mengatakan, kenaikan harga telur ayam disebabkan berkurangnya pasokan di pasar.

"Menurut informasi dari peternak layer terdapat potensi penurunan pasokan," kata dia.

Ia mengatakan, penurunan pasokan tersebut, salah satunya merupakan imbas dari harga broiler yang sempat tinggi pada periode sebelumnya, yang mengakibatkan sebagian ayam layer beralih ikut memasok pasar broiler (diafkir/kapasitas ayam ras petelur berkurang), sehingga berdampak pada berkurangnya pasokan telur ayam ras saat ini.

Berkurangnya ayam petelur kemudian berdampak pada permintaan day old chicken layer (DOC) layer (ayam petelur) pada panen berikutnya, yang mengakibatkan naiknya harga DOC. Menurut laporan peternak, kata Wisnu, bahkan ada kenaikan yang mencapai 100 persen.

"Selain itu, kenaikan harga pakan akibat bahan baku asal impor yang mengalami kenaikan turut juga memperparah kondisi harga telur ayam ras saat ini," ujar Wisnu.

Adapun berdasarkan data PIHPS per Jumat (18/12/2020), harga telur di DKI Jakarta sebesar Rp 28.650 per kilogram, Aceh sebesar Rp 29.650 per kilogram, Kalimantan Tengah sebesar Rp 30.550 per kilogram.

Kemudian di Gorontalo sebesar Rp 31.300 per kilogram, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar Rp 31.550 per kilogram, bahkan di Papua sebesar Rp 42.100 per kilogram.

https://money.kompas.com/read/2020/12/21/131945926/harga-telur-ayam-terus-naik-ini-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke