Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

IHSG dan Rupiah Masih Lesu

Melansir data RTI, pukul 9.25 WIB, IHSG berada pada level 6.752,58 atau turun 17,04 poin (0,25 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.769,63.

Sebanyak 224 saham melaju di zona hijau dan 223 saham di zona merah. Sedangkan 187 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,4 triliun dengan volume 4,2 miliar saham.

Bursa Asia pagi ini bergerak mixed dengan penurunan Hang Seng Hongkong 0,07 persen (15,21 poin) pada level 20.277,59, dan Strait Times terkoreksi 0,22 persen (7,1 poin) pada posisi 3.250,5. Sementara itu, Shanghai Komposit naik 0,3 persen (13,18 poin) di level 3.407,61, dan Nikkei melaju di level 29.172,19 atau naik 0,76 persen (220,9 poin).

Pada penutupan perdagangan Senin, Wall Street berakhir mayoritas hijau. S&P 500 naik tipis 0,05 persen (1,8 poin) di level 4.138,12, dan Nasdaq Komposit berakhir pada level 12.256,92 atau bertambah 0,18 persen (21,51 poin). Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,17 persen (55,69 poin) menjadi 33.618,69.

Sebelumnya, Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, hari ini IHSG berpotensi melemah terbatas. Adapun sentimen yang menggerakkan IHSG adalah rilis cadangan devisa Indonesia bulan April 2023 mengalami penurunan.

Di sisi lain pasar juga mempertimbangkan tekanan eksternal yang perlu diwaspadai yaitu tekanan kebijakan The Fed. Pasar berharap bank sentral mampu menjaga stabilitas keuangan dan ekonom dalam negeri sehingga bauran kebijakan yang dimilik bank sentral akan mendukung proses pemulihan ekonomi dalam negeri.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan level supportdan resistance di level 6.748 - 6.800,” kata Maximilanus dalam analisisnya.

Rupiah

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini juga masih bergerak di teritori negatif.

Melansir Bloomberg, pukul 09.19 WIB rupiah bergerak pada level Rp 14.752 per dollar AS, atau turun 42 poin (0,29 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.710 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena perubahan ekspektasi di pasar terhadap kebijakan suku bunga acuan AS. Di sisi lain, data tenaga kerja AS yang membaik masih menjadi pendorong penguatan dollar AS terhadap rupiah.

“Nilai tukar rupiah mungkin masih bisa melemah terhadap dollar AS. Pasar menjadi tidak yakin bahwa kemungkinan the Fed akan menahan suku bunganya bisa bertahan lama. Pasar menunggu perkembangan data ekonomi penting AS lainnya khususnya data inflasi yang akan dirilis besok malam,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Dari dalam negri, penurunan cadangan devisa April bisa mengindikasikan bahwa permintaan dollar semakin tinggi sementara suplai terbatas, sehingga memberikan tekanan ke rupiah. Tapi, pagi ini data Trade Balance China bisa menjadi mover untuk rupiah.

“Data yang menunjukkan kenaikan ekspor maupun impor, yang artinya ekonomi China bertumbuh, ini bisa mendukung penguatan rupiah karena China merupakan partner dagang besar untuk Indonesia,” lanjut Ariston.

Hari ini Ariston memperkirakan rupiah bisa bergerak melemah pada kisaran Rp 14.750 per dollar AS dengan potensi support di kisaran Rp 14.680 per dollar AS.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

https://money.kompas.com/read/2023/05/09/094225826/ihsg-dan-rupiah-masih-lesu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke