Berdasarkan data yang ia paparkan, sejumlah negara besar mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah pada periode Januari-Maret 2023. Data tersebut menunjukkan, 2023 merupakan tahun dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari 2022 dan 2021.
"Kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan di dalam tekanan perlemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (26/6/2023).
Pelemahan ekonomi dunia juga terkonfirmasi dari data Purchasing Managers Index (PMI), yang mencerminkan kegiatan perekonomian suatu negara. Bendahara negara menyebutkan, mayoritas PMI negara, 62 persen, saat ini berada dalam level kontraksi.
Tercatat hanya 24 persen negara dunia dengan PMI di level ekspansi dan akselerasi. Kemudian, 14 persen negara berada dalam level ekspansi.
"PMI global memang mengkonfirmasi dunia masih dalam era kontraksi dari sisi manufacturing activity," kata Sri Mulyani.
"Atau bahkan 2021 sebesar 10,6 persen," ucapnya.
Di tengah tren perlemahan ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjaga. Hal ini ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di kisaran 5 persen selama 6 kuartal berturut-turut.
https://money.kompas.com/read/2023/06/26/110000726/sri-mulyani--banyak-negara-tidak-mampu-bertahan-akibat-tekanan-ekonomi