Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tantangan Dunia Bisnis 2024, dari Ketersediaan Tenaga Kerja Ahli, Resesi Global, hingga Adopsi AI

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Executives' Global Network (EGN) Indonesia terbaru menyoroti tantangan ketersediaan tenaga kerja ahli, resesi global, dan kurangnya kesiapan untuk mengadopsi teknologi Kecerdasan Buatan (AI) sebagai isu utama yang akan dihadapi oleh dunia bisnis, memasuki 2024.

Survei ini dilakukan ke 152 anggota EGN Indonesia yang bergabung sejak Maret 2022. Para anggota terdiri dari para pemilik bisnis dan eksekutif dari berbagai perusahaan terkemuka di berbagai industri.

Survei ini juga mengidentifikasi lanskap politik dan ketidakstabilan ekonomi sebagai perhatian utama para pemimpin bisnis saat memasuki tahun 2024.

“AI dan teknologi digital lainnya menjadi tren yang sangat signifikan untuk diantisipasi tahun ini, sebagaimana yang ditekankan oleh para anggota kami dalam hasil survei," kata kata Dona Amelia, Co-Founder dan Managing Director, EGN Indonesia, melalui keterangan pers, Jumat (19/1/2024).

Untuk itu, EGN Indonesia mengadakan diskusi untuk pertemuan dan lokakarya peer group untuk anggota dengan tujuan untuk memastikan para anggota dapat memperoleh wawasan yang relevan dan mendalam.

Dengan demikian, dapat membantu mereka menghadapi berbagai tren dan tantangan yang tengah berkembang saat ini.

“Saat pertama kali memasuki pasar Indonesia pada Maret 2022 lalu, kami membawa misi untuk membantu para pemimpin menjadi individu yang lebih baik," tambah Dona.

Butuh jaringan profesional untuk hadapi tantangan bisnis

Tantangan bisnis, menurut EGN Indonesia mendorong tren kesiapan para eksekutif untuk melakukan investasi dalam sarana-sarana yang dapat memperkaya hubungan profesional mereka melalui keterlibatan dalam jaringan profesional seperti EGN, agar tidak selalu bergantung pada apa yang ditawarkan oleh perusahaan mereka semata.

Menurut mereka, rentang masa kerja rata-rata tenaga profesional pun semakin menurun, yang mana sudah hampir tidak ada lagi orang yang menetap selama puluhan tahun di satu perusahaan saja.

Dengan demikian, kepastian masa kerja kini sering dianggap sebagai ilusi, dengan berbagai isu pemutusan hubungan kerja yang semakin sering terjadi.

Hasil riset menyebutkan, para eksekutif pun tidak terkecuali dari tren ini dan secara progresif berupaya untuk terlibat dalam jaringan-jaringan profesional sebagai bentuk respons proaktif mereka terhadap situasi tersebut.

Sehingga, 80 persen dari anggotanya menyatakan bahwa jaringan berbasis peer group besutan EGN tersebut dapat memberikan manfaat signifikan sebagai wadah untuk memperoleh pembelajaran dari pengalaman, perspektif, dan pengetahuan beragam yang dimiliki oleh rekan sesama anggota.

"Hal ini menjadi krusial, terutama mengingat bagaimana komunitas bisnis dihadapkan pada tantangan geopolitik dan ketidakstabilan ekonomi yang dapat mempengaruhi organisasi mereka secara langsung," tambah Dona.

Sebagai informasi, saat ini, masing-masing anggota EGN Indonesia dapat menikmati 6 pertemuan peer group, 6 acara lintas fungsi, lebih dari 24 acara regional secara virtual, dan 4 acara networking setiap tahunnya.

Adapun, setiap peer group dibentuk oleh spesialis networking EGN yang berpengalaman untuk memastikan bahwa komposisi kelompok-kelompok tersebut sudah sesuai dengan tingkat senioritas para anggotanya.


Ekonomi RI 2024 menurut OECD

Sebelumnya, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) secara umum melihat ekonomi Indonesia masih akan bertumbuh positif hingga 2025. Hal ini tentunya jadi angin segar para pebisnis.

Optimisme tersebut termaktub dalam laporan terbaru OECD terkait prospek perekonomian global bertajuk OECD Economic Outlook edisi November 2023.

Dalam laporan teranyar itu, OECD masih mempertahankan prospek positif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hingga 2025.

Menurut OECD, produk domestik bruto (PDB) Indonesia diproyeksi tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun ini dan tumbuh lebih tinggi 5,2 persen pada 2024 dan 2025.

OECD memproyeksi konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor pertumbuhan ekonomi, meskipun kenaikan upah minimum pekerja pada tahun depan dinilai "kecil" oleh OECD.

"Pengetatan moneter dan perlambatan perdagangan global akan berdampak terhadap pembentukan modal tetap bruto (PMTB)," tulis OECD, dalam laporannya, dikutip Senin (4/12/2023).

Selanjutnya, tekanan yang berasal dari inflasi mulai mereda, seiring dengan telah dirasakannya dampak dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia selama 2 tahun terakhir.

OECD juga memprediksi, laju inflasi Indonesia akan bergerak di kisaran 2,5 persen pada 2024 dan 2025.

https://money.kompas.com/read/2024/01/19/124431826/tantangan-dunia-bisnis-2024-dari-ketersediaan-tenaga-kerja-ahli-resesi-global

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke