JAKARTA, SENIN - Pemerintah Kabupaten Sarolangun meminta dukungan Pemprov Jambi dan pemerintah pusat untuk memberdayakan suku anak dalam atau orang rimba (suku Kubu) yang hidup di Taman Nasional Bukit Dua Belas. "Dukungan itu sangat diharapkan karena kearifan orang rimba bersahabat dengan alam membuat alam bersahabat dengan mereka. Sebab itu, jangan ganggu dan biarkan mereka hidup di alam," kata Bupati Sarolangun Hasan Basri Agus di Sarolangun, Provinsi Jambi, Minggu (4/5).
Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), seluas 60.500 hektar dan terletak di Kabupaten Sarolangun, Tebo, dan Batanghari, menjadi tempat habitat orang rimba sejak ratusan tahun lalu. Lebih kurang 5.000 jiwa orang rimba hidup mengembara di kawasan konservasi itu. Mereka menggantungkan hidup dari alam atau disebut orang rimba Halom (hutan) dan memberikan pengetahuan dari generasi ke generasi.
Namun, hutan TNBD sebagai sumber hidup mereka kian berkurang akibat dieksploitasi orang luar dengan pembalakan liar dan perluasan areal perkebunan sehingga mengikis harapan mereka. Karena itu TNBD harus diselamatkan dan dilestarikan.
Pemkab Sarolangun pada 2009 akan menganggarkan dana untuk mengembangkan kawasan wisata alam dengan membangun sarana lintas alam serta meningkatkan pendidikan orang rimba dengan membentuk Seksi Pendidikan Orang Rimba di Dinas Pendidikan setempat.
Sementara pada tahun ini, akan dilakukan rehabilitasi kerusakan jalan sepanjang 30 km mulai dari Simpang Pauh hingga kawasan peyangga TNBD di Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam yang sumber dana APBD Pemprov Jambi senilai Rp3,2 miliar dan APBD Sarolangun Rp10 miliar.
TNBD yang memiliki keunikan cagar beosfer atas keberadaan Orang Rimba, juga menyimpan kekayaan flasma nuftah seperti flora dan fauna yang dilindungi. Berdasarkan penelitian LIPI, TNBD memiliki 137 jenis tumbuhan obat-obatan untuk berbagai penyakit.
Sementara itu, Kepala Balai TNBD Provinsi Jambi, Waldemar Hasiholan mengatakan, TNBD dikategorikan hutan sekunder tua, muda, vagetasi semak blukar, kebun karet dan ladang masyarakat. Kawasan itu menjadi perwakilan tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah dan daerah tangkapan air Sungai Batanghari Provinsi Jambi.
Untuk pengamanan TNBD telah dibentuk lima tim regu pengamanan swakarsa sebanyak 20 orang gabungan Polhut, Orang Rimba, dan masyarakat sekitar. Program pemerintah itu menjadi tumpuan harapan Orang Rimba untuk menyelamatkan TNBD, seperti yang diungkapkan Tumenggung Tarib (Salah satu ketua kelompok Orang Rimba).
"Kami Orang Rimba tak punya masa depan, yang penting kami bisa makan. Agar kami bisa makan dan hidup jangan rusak hutan kami," kata Tarib.