Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Experiential Connection

Kompas.com - 12/11/2009, 15:31 WIB

KOMPAS.com - “Are You Experienced?” Bagi Anda penikmat musik rock jaman dulu, pastinya Anda tahu kalau kalimat tersebut diambil dari judul salah satu album debutan terbaik sepanjang masa. Judul albumnya siapa? Jimi Hendrix and The Experience.

Dirilis tahun 1967, album “Are You Experienced?” bisa dibilang sebuah inovasi radikal yang merubuhkan ‘suara lama’ di dunia musik ketika itu. Di album tersebut, Jimi Hendrix menyentak dunia lewat suara psikadelia, distorsi dan suara ‘wah’ yang semuanya dikeluarkan secara sempurna. Album yang berada di urutan nomor 15 sepanjang masa versi majalah Rolling Stone, ini kemudian dianggap banyak orang sebagai salah satu album yang meletakan fondasi di dunia musik secara umum di kemudian hari.

Album “Are You Experienced” meluncurkan status Jimi Hendrix sebagai bintang baru di panggung musik internasional. Setelah meluncurkan album tersebut di London pada May 1967, Jimi Hendrix dan band-nya tampil dalam rangkaian tur, yang ditonton oleh fansnya mulai dari orang biasa sampai pemusik top ketika itu, sebut saja Paul McCartney, George Harrison, Eric Clapton, Eric Clapton, Pete Townshend, dan lain sebagainya. Ketika itu mereka seakan percaya bahwa apa yang mereka lihat dan dengarkan memang betul-betul sesuatu pengalaman yang menggilakan.

Jimi Hendrix bukan sekedar dewa gitar yang jago memainkan pedal wah-wah, tapi dia juga selalu tampil ‘wow.’ terlebih lagi dengan segala macam akrobatnya, mulai dari memetik senar dengan gigi, sampai membakar gitar di atas panggung.

Di dunia musik, tentunya Jimi Hendrix bukanlah satu-satunya artis yang bisa memberikan wow kepada audiens-nya. Dan tidak usah diperdebatkan pula di dalam artikel ini siapakah artis musik yang paling tampil wow sepanjang masa. Karena tentunya hal tersebut relatif, tergantung selera.

Jimi Hendrix bukan pula orang pertama yang memanggungkan pengalaman yang begitu wow kepada audiens, karena experience sudah didapatkan dari mana-mana sebelum itu, meskipun tentunya bukan experience yang sama seperti ketika mendengar dan melihat Jimi Hendrix di panggung.

Memang benar apa yang dikatakan oleh Joseph Pine dan James Gilmore, perintis experience economy, ketika mengatakan di dalam judul bukunya bahwa work is theater & every business is a stage. Untuk belajar memberikan pengalaman pelanggan yang tak terlupakan, pemasar sudah seharusnya belajar kepada orang-orang teater, pemain sirkus, pemusik, dan seniman lainnya. Karena mereka sudah dikenal selama ratusan abad sebagai pemberi pengalaman yang abadi. Sebut saja Shakespeare dengan Romeo & Juliet-nya, Gaston Leroux dengan Phantom of the Opera-nya, sampai Guy Laliberté dengan sirkus Cirque de Soleil-nya.

Tidak sedikit orang yang bisa menyaksikan aksi panggung seperti ini lebih dari sekali. Katakanlah orang-orang yang pergi ke Broadway di New York. Banyak sekali orang yang sampai menonton judul yang sama dua-tiga kali. Bahkan ada yang delapan kali! Phantom of the Opera, misalnya; sebuah kisah asmara penjaga malam gedung opera dan pemain utama yang berakhir dengan tragis. Meskipun sudah pernah menontonnya beberapa kali, tetap saja orang bisa pulang sambil nangis. Nonton pertama nangis, nonton kedua dan ketiga, nangisnya lebih hebat lagi. Kenapa? Karena semakin lama mereka masuk dan mendalami jalan ceritanya, semakin pula mereka menghayati kata-kata yang diucapkan para karakternya.

Broadway adalah panggung pengalaman. Penonton yang ada di gedung pertunjukan, sejak menit pertama, dihanyutkan bukan cuma oleh gerak aktor dan aktris, tapi juga oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dengan diringi orkestra simfoni yang mumpuni. Belum lagi, tata dekorasi dan lampu yang membuat penonton serasa dibawa ke dunia lain. Semua dilakukan untuk memanggungkan pengalaman, supaya ada koneksi yang eksperiensial diantara orang-orang yang menonton dengan yang di atas panggung.

Pengalaman yang didapati oleh orang-orang yang menyaksikannya tentu berbeda-beda. Namun ada satu benang merah diantara para pemberi pengalaman ini. Apa itu? Mereka dapat mengkonek dengan audiens-nya lewat pendekatan multisensory, emosional, dan sharing.

Multisensory bisa menjadi hidup karena mereka merangsang panca indra audience, mereka berikan pemandangan yang indah, bau yang enak, sentuhan yang nyaman, musik yang pas, dan sebagainya.

Kalau sudah nyala panca indranya, maka audiens tentunya akan dapat secara emosional merasakan sesuatu yang luar biasa dan secara intelektual mendapatkan sesuatu yang positif.

Untuk mendapatkan pengalaman maksimal, tentunya ada elemen sharing pula. Artinya, audience dilibatkan agar mereka bisa ikut serta dan lebih aktif ketika menikmati sebuah pengalaman. Jika sudah begitu adanya, mereka akan terdorong untuk membagi pengalamannya dengan teman-teman, koneksinya, dan jaringannya.

Di era New Wave, experiential connector semakin diperlukan untuk menghubungkan diri pemasar dengan komunitas konsumennya pada setiap titik pertemuan, apakah itu di event untuk komunitas, di toko, ketika mengkonsumsi produk atau layanan, dan sebagainya.

Experiential connector harus memiliki nilai relevansi, makna yang jelas dan berarti, dan interaksi tingkat tinggi sehingga pengalaman yang didapati oleh komunitas konsumennya menjadi semakin memiliki impact yang tak terlupakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com