Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Redenominasi Rupiah Bukan Fokus Utama BI

Kompas.com - 05/08/2010, 08:03 WIB

Untuk melengkapi keberhasilan perekonomian Indonesia itu, lanjut Darmin, alangkah baiknya jika dilakukan redenominasi atas rupiah. Setidaknya terdapat tiga alasan dilakukan redenominasi.

Pertama, dalam kondisi ekonomi yang stabil dan terus bertumbuh, sudah saatnya Indonesia memanfaatkan momentum itu untuk mengembalikan kebanggaan terhadap mata uangnya. Selama ini nilai pecahan uang rupiah merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk tertinggi di dunia, setelah China dan India.

”Sudah saatnya kita membuat satu rupiah itu mempunyai arti. Tidak seperti saat ini, kita tidak lagi mengenal nilai dari satu rupiah, bahkan seratus rupiah,” kata Darmin.

Alasan kedua melakukan redenominasi adalah efisiensi dan penyederhanaan pembukuan. Redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran atau uang. Selanjutnya hal ini akan menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian.

Alasan ketiga adalah meningkatkan keamanan bagi masyarakat dalam menggunakan dan membawa uang rupiah dalam jumlah besar. Selama ini masyarakat—khususnya yang belum tersentuh layanan transaksi secara elektronik—kesulitan dan khawatir membawa uang dalam jumlah besar. Dengan redenominasi, uang dalam jumlah besar cukup dibawa di dalam kantong atau dompet.

Terkait dengan kapan penerapan redenominasi rupiah akan dilaksanakan, Darmin mengatakan, BI berharap hal itu dapat direalisasikan pada tahun 2013 atau sebelum Pemilu 2014, setelah melakukan sosialisasi pada tahun 2011 dan 2012. Namun, realisasi redenominasi ini akan tergantung dari kesepakatan pemerintah, DPR, dan berbagai komponen bangsa.

Saat ini BI masih melakukan riset mengenai redenominasi dan secara aktif akan berdiskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan. Hasil kajian yang dilakukan BI ini selanjutnya akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional.

Menanggapi bahwa wacana redenominasi telah menjadi salah satu penyebab utama penurunan tajam indeks harga saham gabungan (IHSG), Darmin mengatakan, hal itu sama sekali tidak memiliki korelasi. Menurut Darmin, penurunan IHSG sebesar 0,33 persen pada Senin lalu dan 2,78 persen pada Selasa lalu lebih disebabkan penurunan harga saham-saham yang sensitif terhadap angka inflasi Juli 2010.

Pengamat ekonomi dan pasar modal Ferry Latuhihin membenarkan, IHSG anjlok karena inflasi Juli relatif tinggi dibanding bulan sebelumnya dengan ekspektasi yang lebih tinggi dari perkiraan pemerintah. (REI/PPG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

    Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

    Whats New
    Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

    Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

    Spend Smart
    Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

    Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

    Whats New
    Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

    Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

    Whats New
    Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

    Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

    Whats New
    Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

    Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

    Whats New
    KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

    KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

    Whats New
    Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

    Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

    Whats New
    Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

    Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

    Whats New
    OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

    OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

    Whats New
    SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

    SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

    Whats New
    Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

    Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

    Whats New
    Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

    Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

    Whats New
    Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

    Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

    Whats New
    Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

    Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com