Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China, Ketakutan Baru Sekaligus Harapan

Kompas.com - 01/10/2010, 07:55 WIB

China kini memiliki sekitar 750 juta pekerja. Dari jumlah itu, 375 juta orang bekerja di perusahaan-perusahaan milik negara. Angka ini cukup menggambarkan kontrol Pemerintah RRC atas pekerjaan masih sangat signifikan. Persoalan lapangan pekerjaan menjadi serius, China dipastikan melakukan relokasi pekerjanya di negara-negara Afrika atau Timur Tengah dalam beberapa tahun mendatang. Fenomena China

Pilihan skenario lain, China akan tumbuh bersamaan kecepatan seimbang secara ekonomi dan politik seperti negara-negara Asia lain yang jadi pesaingnya, seperti Jepang, Korsel, ASEAN, atau India. Skenario ini mengisyaratkan terjadinya kompetisi sumber daya dan pasar, atau munculnya berbagai pakta ekonomi perdagangan regional, memaksa AS dan Eropa atau negara-negara Benua Amerika meningkatkan kerja samanya.

Apa pun yang terjadi pada skenario jenis ini, menjadikan globalisasi atau pergerakan bebas barang, jasa, dan orang menghadapi berbagai ancaman persoalan. Akan muncul kawasan-kawasan ekonomi perdagangan yang terkotak-kotak dalam lingkungan kawasan saja.

Skenario lain, China tetap tumbuh pesat, melakukan tekanan (atau mengakomodasi secara damai) keresahan dalam negeri dan menjadikan RRC sebagai adidaya dominan. Skenario ini membuat China berhenti membeli utang AS, ekonomi AS rontok, dan mata uang yuan menjadi uang favorit menggantikan dollar AS atau euro.

Apa pun skenarionya, pertumbuhan tinggi atau kegagalan karena situasi internasional dan keresahan dalam negeri, banyak korban negara disebabkan fenomena China modern ini. Ini setidaknya teori yang berkembang di berbagai meja lembaga riset, seminar internasional, atau berbagai buku yang membahas fenomena pertumbuhan China.

Baik Beijing maupun Washington saling membutuhkan, karena interdependensi ekonomi yang kuat di antara keduanya. Para pemimpin kedua negara tidak ingin masuk ke dalam situasi kegagalan sistem globalisasi baik karena kebijakan dalam negeri maupun lingkungan internasional, yang menyeret masing- masing negara.

China harus menggeser fokus ekonomi berbasis manufaktur yang mengopi rancang desain dan mengembangkan inovasi yang menjadi kekuatan inti negara-negara Barat. Apakah memang memungkinkan untuk melakukan pergeseran budaya yang dipimpin inovasi dan kewiraswastaan tanpa kebebasan politik secara penuh?

Menjadi sangat krusial bagi China untuk bisa membangun ekonomi berbasis pengetahuan sebagai kekuatan paradigma ekonomi baru pada era globalisasi sekarang ini. Dan China yang semakin kuat dan kaya harus mencari terobosan baru bagaimana melakukannya tanpa membebaskan aliran pengetahuan itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com