Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak TKI Bermasalah Tak Tahu KBRI

Kompas.com - 20/11/2010, 19:53 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Presiden Union Migrant (UNIMIG) Indonesia, Muhammad Iqbal mengemukakan, banyak pekerja migran Indonesia yang mengalami tindak kekerasan lari dari rumah majikannya.

Namun, mereka tidak mengetahui alamat kantor perwakilan Indonesia seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia. "Akhirnya mereka menjadi pekerja ilegal dan terlantar di jalanan atau pun ditampung oleh majikan ilegal dan dipekerjakan kembali," katanya di Bogor, Sabtu (20/11/2010).

Muhammad Iqbal meminta pemerintah agar segera membenahi regulasi pengiriman TKI ke Timur Tengah dengan memperketat seleksi calon pekerja sehingga mereka yang berangkat memiliki kemampuan yang memadai.

"Mereka pun sepatutnya dibekali dengan pengetahuan melindungi diri dan hak-hak mereka," katanya.

Ia lalu menyinggung soal kekerasan yang dialami pembantu rumah tangga berusia 23 tahun yang bekerja di Arab Saudi, Sumiati binti salan Mustafa. Namun, kekerasan yang dialami Sumiati ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Arab Saudi.

"Ibarat fenomena gunung es, kasus kekerasan dan eksploitasi yang dialami TKI sangat tinggi (di Arab Saudi) berbanding negara penempatan lainnya," kata Muhammad Iqbal.

Bantah pernyataan presiden
Aktivis UNIMIG ini pun membantah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa jumlah TKI yang bermasalah hanya sekitar 0,01 persen karena banyaknya TKI yang mengalami tindak kekerasan lari dari rumah majikan namun nasib mereka tidak lebih baik setelahnya.

Dalam rapat kabinet terbatas di Jakarta, Jumat (19/11), Presiden Yudhoyono menyebutkan jumlah TKI yang kini berada di luar negeri mencapai 3.271.584 orang namun mereka yang mengalami masalah mulai dari pelanggaran kontrak, gaji tidak dibayar, jam kerja serta beban kerja yang tidak sesuai, tindakan kekerasan hingga pelecehan seksual adalah 4.385 kasus.

Dengan demikian, persentase kekerasan terhadap jumlah TKI secara keseluruhan adalah 0,01 persen.

"Tapi angka ini tetap bagi kita, satu orang pun warga negara harus kita pastikan mendapatkan perlindungan, perlakuan, hak-haknya sesuai kontrak yang telah ditetapkan," katanya.

Menurut Muhammad Iqbal, kasus Sumiati merupakan bagian dari fenomena gunung es di tengah kenyataan bahwa Arab Saudi merupakan salah satu negara penerima TKI terbesar di luar negeri setelah Malaysia.

Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI tahun 2009 mencatat jumlah TKI yang bekerja di Arab Saudi mendekati angka satu juta orang yaitu 927.500 orang, katanya.

"Sebagian besar bekerja di berbagai sektor formal maupun informal, seperti perawat, pejaga toko, pembantu rumah tangga, supir pribadi, dan pekerja lepas lainnya," katanya.

Data tentang kasus kekerasan TKI di luar negeri yang dihimpun Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) tahun 2009 menunjukkan tingginya kasus kekerasan terhadap para pekerja migran di Arab Saudi.

Ia mengatakan, data BNP2TKI itu menunjukkan Arab Saudi sebagai negara yang paling banyak didapati TKI bermasalah.

"Pada tahun itu  tercatat 22.035 kasus TKI bermasalah. Selain kasus penyiksaan, TKI di Arab Saudi juga mengalami pelecehan seksual, perkosaan, gaji tidak dibayar, lari dari majikan hingga meninggal dunia akibat kekerasan dan eksploitasi," katanya.

Pemerintah RI telah pun mengirim tim khusus ke Arab Saudi untuk membantu penanganan kasus penganiayaan Sumiati serta mengkaji peningkatan perlindungan terhadap semua TKI di luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com