Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Uni Soviet Milik Keluarga Kaya

Kompas.com - 15/12/2010, 03:42 WIB

Salah satu tokoh keluarga yang disorot oleh Kedubes AS adalah Ibu Negara Mehriban Aliyeva alias istri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Kawat yang dikirimkan Januari lalu menyebut Aliyeva berasal dari keluarga Pashayev, salah satu keluarga paling berpengaruh di negara kaya minyak itu.

Aliyeva disebut telah melakukan operasi plastik ”substansial” di luar negeri dan lebih ”sadar mode” dibandingkan umumnya kaum perempuan di negara bermayoritas penduduk Muslim tersebut.

Aliyeva juga menjadi anggota parlemen Azerbaijan meski disebut ”tidak tahu banyak soal isu-isu politik”. Keluarganya menguasai berbagai cabang bisnis, termasuk memiliki beberapa bank, sebuah perusahaan asuransi, konstruksi, biro perjalanan, dan agen tunggal mobil mewah Bentley.

Koleksi pribadi benda seni kontemporer milik Aliyeva begitu banyak sehingga menjadi koleksi dasar untuk mendirikan museum seni modern di Baku.

Ambivalensi Barat

Meski sebagian besar kawat tersebut menyoroti negara-negara itu secara negatif, isi laporan diplomatik AS juga menunjukkan ambivalensi sikap negara-negara Barat.

Di satu sisi, AS ingin menjadi pahlawan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) dengan mendukung para pejuang HAM di negara seperti Uzbekistan. Namun, di sisi lain, AS tak berani bersikap keras terhadap negara tersebut karena takut kehilangan akses jalur suplai bagi pasukan AS di Afganistan.

Uzbekistan, yang berbatasan langsung dengan Afganistan di sebelah utara, menjadi bagian dari apa yang dinamakan AS sebagai Jaringan Distribusi Utara (Northern Distribution Network/NDN). Selain Uzbekistan, jalur distribusi suplai kebutuhan pasukan AS dan NATO tersebut juga meliputi Azerbaijan, Rusia, Latvia, Georgia, Kazakhstan, dan Tajikistan.

Salah satu kawat mengungkapkan bagaimana Presiden Islam Karimov tahun lalu marah besar saat Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menganugerahkan penghargaan Woman of Courage Award kepada pejuang HAM asal Uzbekistan, Mutabar Tadjibayeva, yang baru saja dibebaskan dari penjara.

Pada 18 Maret 2009, Duta Besar AS untuk Uzbekistan Richard Norland kena marah Presiden Karimov, yang ”secara implisit mengancam menutup jalur transit kargo untuk pasukan AS di Afganistan melalui Jaringan Distribusi Utara”.

Norland mengaku berhasil menenangkan Karimov saat itu, tetapi mengirimkan pesan peringatan kepada Washington yang berbunyi, ”Jelas, menekan dia (apalagi di depan publik) bisa membuat kita kehilangan jalur transit”.

Karimov, yang sudah berkuasa lebih dari 20 tahun, sering dikritik oleh kelompok-kelompok pejuang HAM karena berbagai catatan tentang pelanggaran HAM, termasuk penggunaan metode penyiksaan di dalam penjara. Karimov menolak semua tuduhan ini. (Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com