Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelestarian Ubi Cilembu Terancam

Kompas.com - 22/12/2010, 05:51 WIB

Jadilah petani beralih ke jenis lain, seperti jawer, bagolo, inul, dan rancung. Tarnyata berkebun ubi di lahan seluas dua hektar (ha). ”Lihat, saya saja cuma tanam ubi cilembu asli untuk 20 meter persegi,” ujar Taryana sambil memperlihatkan sebidang kebun ubi cilembunya yang sempit.

Kondisi di beberapa pasar swalayan pun tak berbeda. Papan dengan tulisan ubi madu cilembu dicantumkan. Padahal, itu bukan ubi cilembu. Kelestarian ubi cilembu semakin mengkhawatirkan karena produksi pada tahun ini anjlok hingga 80 persen.

Anomali cuaca sejak Maret 2010 membuat hasil panen turun menjadi sekitar 2 ton per ha. Tahun-tahun sebelumnya, jumlah itu mencapai 10 ton. Desa Cilembu memiliki luas sekitar 200 ha dan 20 ha di antaranya digunakan untuk perkebunan ubi.

Hanya dua ha yang ditanami ubi cilembu. Kualitas ubi saat ini pun, menurut Taryana, sudah jauh menurun dibandingkan dengan 10 tahun lalu. ”Dulu, kalau ubi dioven lalu dibelah, seperti ada lelehan madu di dalamnya. Makanya, cilembu juga disebut ubi madu,” katanya.

Kini, kandungan semacam madu itu tak sebanyak dulu. Cuaca yang tak menentu juga membuat serangan hama dan jamur menghebat. Hama itu seperti lanas, kumbang kecil yang mampu melubangi ubi dan berkembang biak di dalamnya. Jika tergigit, ubi yang dilubangi lanas akan terasa pahit.

”Adapun ubi yang terkena jamur akan timbul noda-noda kehitaman pada kulitnya. Bentuknya jadi jelek,” tutur Taryana.

Iis (30), petani ubi di Cilembu, mengatakan, lanas sudah bisa melubangi saat ubi masih di kebun. Lanas akan semakin aktif jika hawa terasa panas. Selain lanas, gangguan lain yang terjadi karena tak menentunya cuaca akhir-akhir ini yaitu kusam pada kulit ubi.

”Hujan deras yang sering turun membuat kulit ubi terkena bercak-bercak hitam. Pada bagian yang terkena bercak, ubi terasa pahit,” kata Iis.

Taryana menjelaskan, masalah budidaya juga kerap membuat petani pusing. Ubi cilembu hanya cocok ditanam di lahan bekas ditanam padi. Jika tidak, umbi tak keluar. Hanya akarnya yang tumbuh. Ubi yang ditanam di luar Cilembu juga sering tak cocok dengan kondisi tanahnya.

”Ubi Cilembu itu unik. Pupuk sedikit, ubinya kecil. Kalau kebanyakan apalagi, hanya daun yang muncul. Saya saja belum tahu komposisi pupuk yang pas berapa,” kata Taryana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini 5 Aturan Dasar Berinvestasi, Investor Baru Wajib Mengerti

Ini 5 Aturan Dasar Berinvestasi, Investor Baru Wajib Mengerti

Work Smart
OJK Belum Terima Permohonan Resmi Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat

OJK Belum Terima Permohonan Resmi Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat

Whats New
Bank Dunia: Indonesia Punya Banyak Perusahaan Kecil tetapi Kurang Produktif...

Bank Dunia: Indonesia Punya Banyak Perusahaan Kecil tetapi Kurang Produktif...

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Sujanto Su jadi Chief Financial Officer

Citi Indonesia Tunjuk Sujanto Su jadi Chief Financial Officer

Whats New
BEI Bakal Berlakukan 'Short Selling' pada Oktober 2024

BEI Bakal Berlakukan "Short Selling" pada Oktober 2024

Whats New
Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Whats New
Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Whats New
Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Whats New
Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Whats New
Kisah Anita Dona, 'Nekat' Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Kisah Anita Dona, "Nekat" Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Smartpreneur
Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

Whats New
BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

Rilis
Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Whats New
Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com