Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Concorde Terbang Lagi?

Kompas.com - 07/03/2011, 09:10 WIB

Concorde

Februari 2011, kira-kira lima hari sebelum B747-8 Intercontinental diluncurkan, di salah satu sudut pabrik Air bus, di Toulouse, Perancis, tertangkap oleh mata, sebuah Concorde yang dulu diterbangkan Air France. Pesawat legendaris itu diparkir dekat pesawat bersejarah lainnya.

Ketika didekati, sungguh mengejutkan, ternyata Concorde berkelir putih itu sangatlah jangkung. Ada kesan aristokrat, dengan posisi pesawat yang menengadah, dan ruang cockpit yang sangat tinggi dari permukaan bumi.

Dari sisi eksterior, ada kesan sexy dengan sayap deltanya dan kaki jenjangnya. Ada nuansa berbeda pastinya ketika dulu Concorde diparkir di apron bersebelahan dengan pesawat komersial lainnya.

Concorde, di suatu masa, pernah menjadi saksi kehidupan penuh gaya kaum jetset yang hilir-mudik menyeberangi Samudra Atlantik hanya dalam tiga jam ketika pesawat komersial lain macam Boeing 747 harus menyeberangi Atlantik dalam enam jam.

Saya berkesempatan melihat kabin Concorde itu. "Saya bukakan gembok pesawat ini karena anda sekalian beli Airbus kami," ujar guide dari Airbus, sambil tersenyum. Kedatangan kami ke Toulouse adalah memang untuk menjemput Airbus A320 yang segera diterbangkan oleh maskapai AirAsia Indonesia.

Ketika melongok dan berjalan di bagian dalam kabin, saya pun sedikit pula terkejut karena kabinnya begitu sempit. Konfigurasi kursinya pun 2-2, mirip bus eksekutif malam, dengan warna interior abu-abu kusam.

Sempitnya kabin Concorde tentu mengikuti desain aerodinamik supaya pesawat itu dapat terbang melebihi kecepatan suara. Bila umumnya pesawat komersial terbang dengan kecepatan 800 kilometer per jam, maka mesin Rolls-Royce SNECMA mampu melesatkan Concorde dengan kecepatan 2.189 km per jam.

Ketinggian jelajahnya pun tak lagi hanya 36.000 kaki, tetapi Concorde mengudara di ketinggian 60.000 kaki. Dan dari jendela Concorde yang berdimensi lebih kecil supaya mampu menahan tekanan kuat di langit yang lebih tinggi, maka penumpang-penumpang jetset mampu menikmati lengkung bumi.

Saya membayangkan, kemeriahan di kabin pesawat itu saat pria-pria berjas hitam, bersama wanita-wanita dengan gaun mini dan berlian-berlian besar yang menggantung di dada mereka saling menyapa satu sama lain. Kemudian pramugari pun mengedarkan gelas-gelas wine sehingga kemeriahan makin menyeruak di kabin itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com