Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Impor Garam Akan Terselesaikan

Kompas.com - 12/08/2011, 02:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Menko Perekonomian Hatta Rajasa memastikan masalah impor garam akan segera terselesaikan dan saat ini sudah tidak ada permasalahan antarkementerian terkait akibat aktivitas tersebut.

"Sudah tidak ada lagi persoalan karena arahannya sudah sangat jelas," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/8/2011) malam.

Hatta menyatakan, pemerintah fokus untuk membenahi stok produksi garam dalam negeri untuk meningkatkan produktivitas sehingga target swasembada 2014 akan tercapai. Untuk itu, pemerintah akan memberikan insentif serta menetapkan harga yang cukup wajar kepada petani tambak garam agar mereka ikut sejahtera.      

"Maka diperlukan untuk memberikan satu insentif kepada petambak, para petani tambak kita, supaya kita bisa cepat swasembada dan menetapkan harga yang cukup serta wajar agar mereka bisa menikmati kesejahteraan," ujarnya.       

Hatta menegaskan, impor garam hanya benar-benar dilakukan apabila kekurangan stok produksi dalam negeri, kecuali bagi garam industri. "Impor itu tidak dilarang, tapi kalau dalam negeri mencukupi, ya jangan. Dan, itu harus dibicarakan terlebih dahulu," ujarnya.       

Selain itu, impor tersebut harus diatur setelah ada permintaan dari kementerian teknis, yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Perdagangan yang besarannya ditentukan dalam rapat koordinasi yang dipimpin Menko Perekonomian.       

"Saya sudah mengatakan, kita bicarakan bilateral terlebih dahulu antarkementerian terkait. Sama seperti membahas (impor) daging. Kan kita sudah tetapkan izin dari Perdagangan. Tapi, menentukan impor atau tidak di Pertanian. Berapa besar dibahas pada rakor di Menko. Itu kan bagus," ujar Hatta.       

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menambahkan, masalah impor garam menjadi persoalan serius karena muncul keluhan dari asosiasi petani garam, padahal stok produksi dalam negeri masih mencukupi.       

"Konsumsi dalam negeri 1,6 juta ton, perkiraan garam produksi 1,8 juta ton. Saya melihat bahwa potensi garam produksi bisa mencapai 1,4 juta ton. Yang buat petani resah, hari ini sudah masuk garam impor sebesar 935.000 ton dari rencana satu koma sekian juta ton," ujarnya.       

Menurut dia, kualitas garam dalam negeri masih lebih baik serta mempunyai harga yang bersaing dengan garam impor dan, untuk itu, pemerintah akan melindungi keberadaan petani garam. "Prinsipnya kita tetap lindungi petani kita dan kita akan usahakan stok sampai dengan habisnya kebutuhan stok nasional, baru kita impor," ujarnya.       

Fadel mengatakan, impor garam mungkin saja diperlukan, tetapi situasinya belum memungkinkan untuk dilakukan pada saat sekarang dan seharusnya impor garam diberhentikan.

"(Penghentian impor) sampai kalau ada kebutuhan garam lagi. Menurut saya, tidak perlu impor sekarang, kalaupun impor, ada surat dari asosiasi petani garam, jadi kalau kata petani cukup impor 120.000 ton saja," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AISA Catat Lonjakan Laba Usaha 101,4 Persen pada Kuartal I-2024

AISA Catat Lonjakan Laba Usaha 101,4 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Kolaborasi dengan Shopee Dorong Anteraja Berkembang Pesat

Kolaborasi dengan Shopee Dorong Anteraja Berkembang Pesat

Whats New
Laba Bersih MIND ID Naik Jadi Rp 27, 5 Triliun pada 2023, Setoran ke Negara Justru Turun

Laba Bersih MIND ID Naik Jadi Rp 27, 5 Triliun pada 2023, Setoran ke Negara Justru Turun

Whats New
Pemerintah Beri Izin Usaha Kelola Tambang Batu Bara, Ini Respons PBNU

Pemerintah Beri Izin Usaha Kelola Tambang Batu Bara, Ini Respons PBNU

Whats New
Jadi Calon Tunggal Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti 'Fit and Proper Test' di DPR

Jadi Calon Tunggal Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti "Fit and Proper Test" di DPR

Whats New
Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mengundurkan Diri, Bagaimana Nasib Pembangunan IKN?

Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mengundurkan Diri, Bagaimana Nasib Pembangunan IKN?

Whats New
Ini Bukti Harga Cabai Merah dan Bawang Merah Kian Mahal

Ini Bukti Harga Cabai Merah dan Bawang Merah Kian Mahal

Whats New
26.514 Kontainer Tertahan di Tanjung Priok dan Tanjung Perak, Bea Cukai Sebut Penyelesaian Sudah 95 Persen

26.514 Kontainer Tertahan di Tanjung Priok dan Tanjung Perak, Bea Cukai Sebut Penyelesaian Sudah 95 Persen

Whats New
Pemerintah Perpanjang Relaksasi HET Gula sampai Akhir Juni 2024

Pemerintah Perpanjang Relaksasi HET Gula sampai Akhir Juni 2024

Whats New
Jadi Plt Kepala Otorita IKN, Basuki Diminta Selesaikan Masalah Pertanahan

Jadi Plt Kepala Otorita IKN, Basuki Diminta Selesaikan Masalah Pertanahan

Whats New
Harga Beras Kian Turun, Mei 2024 Terjadi Deflasi 0,03 Persen

Harga Beras Kian Turun, Mei 2024 Terjadi Deflasi 0,03 Persen

Whats New
Kualifikasi Piala Dunia 2026, Bank Mandiri Jual Tiket Pertandingan Indonesia di Livin’ Sukha

Kualifikasi Piala Dunia 2026, Bank Mandiri Jual Tiket Pertandingan Indonesia di Livin’ Sukha

Whats New
Waspada, Modus Penipuan Paylater dan Kartu Kredit Catut Nama BCA

Waspada, Modus Penipuan Paylater dan Kartu Kredit Catut Nama BCA

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Jaga NPL di Level 3 Persen, BRI Jual Agunan Kredit Bermasalah

Jaga NPL di Level 3 Persen, BRI Jual Agunan Kredit Bermasalah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com