CIREBON, KOMPAS.com - Mekanisme pelaporan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hama penyakit, seperti tikus yang menyerang hamparan tanaman padi, belum sepenuhnya berjalan.
Sekalipun petani melalui penyuluh pertanian sudah lapor soal serangan hama penyakit, laporan tidak sampai ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Hal itu terungkap dalam kunjungan kerja Menteri Pertanian Suswono, Sabtu (10/9/2011) di Desa Gegesik, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dalam panen padi di lahan demonstrasi proyek dalam program Peningkatan Produksi Beras Dua Juta Ton.
Dalan perjalanan menuju lokasi, Menteri Pertanian melihat hamparan padi yang sebagian terserang tikus. Ketika dia tanya ke petani dan penyuluh, mereka menyatakan sudah melaporkan itu ke Dinas Pertanian Cirebon.
Namun saat Mentan menanyakan itu ke Dirjen Tanaman Pangan Udhoro Kasih Anggoro, dia menyatakan tidak ada laporan sama sekali.
Suswono menyayangkan buruknya mekanisme pelaporan, karena pihaknya sudah mengalokasikan anggaran khusus untuk pemberantasan OPT.
Anggaran khusus itu menurut Udhoro masih banyak yang tidak terpakai.
Suswonon meminta kepada pemerintah daerah untuk segera melaporkan ke Kementerian Pertanian, bila ada serangan agar panen padi bisa diselamatkan.
Suswono juga meminta para penyuluh untuk lapor melalui SMS center di Kementerian Pertanian dengan nomor 0813 83034444.
Ia menambahkan, kalau dilakukan pengawalan dengan baik produktivitas padi bisa ditingkatkan.
Ia juga minta kepada pemda agar melindungi sawah dari konversi lahan. Kalaupun butuh lahan untuk kegiatan lain, diupayakan yang tidak produktif. Fenomena yang terjadi sekarang sawah dikepung oleh bangunan, bukan sebaliknya bangunan berada di tengah sawah.
Pemerintah menargetkan surplus beras 10 juta ton tahun 2014. Target ini bisa dicapai kalau ada tekad bersama. Karena itu, pemda harus tanggap dengan persoalan di lapangan.
Tahun 2011, produksi padi ditargetkan 70,6 juta ton gabah kering giling dan baru terealisasi 68,06 juta ton.
Menteri Pertanian juga minta kepada produsen benih dan penyalur benih agar menyalurkan benih ke petani tepat waktu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.