Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa JPSK, Indonesia dalam Bahaya

Kompas.com - 17/10/2011, 18:22 WIB
Orin Basuki

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com —  Kewaspadaan menjadi syarat penting bagi Indonesia untuk mengantisipasi pemburukan krisis keuangan dan utang di Eropa.

Salah satu bentuk kewaspadaan yang harus dibangun adalah segera menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sektor Keuangan (RUU JPSK). Tanpa JPSK, kondisi membahayakan ekonomi Indonesia akan tetap mengikuti.

"Jadi, secara umum kita cukup siap. Namun, itu tidak mengurangi kewaspadaan kita. Kecepatan kita. JPSK itu harus diselesaikan, kalau tidak akan membahayakan," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta, Senin (17/10/2011).

Menurut Agus, indikasi kondisi keuangan pemerintah yang stabil dapat diketahui dari Surat Berharga Negara (SBN). Meskipun demikian, porsi asing yang cenderung tinggi atas kepemilikan SBN perlu diwaspadai dan dijaga stabilitasnya.

"Sovereign bond (obligasi yang diterbitkan pemerintah) Indonesia kami yakini cukup baik sebab sekarang kerja sama antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia cukup baik. Dibandingkan dengan 14 September 2011, saat terjadi krisis mini, kondisi sekarang malah lebih baik," ujarnya.

Menurut Agus, dirinya memercayai bahwa pergerakan modal di pasar global mengikuti prinsip flight to quality (bergerak mencari tempat investasi yang berkualitas). Dana yang besar tentu perlu ditempatkan secara baik di kawasan atau di negara yang memberikan risiko dan return (tingkat pengembalian) yang seimbang. "Nah, kelihatannya minat pada Indonesia akan terus terjaga," tuturnya.

Kondisi stabil pada SBN diikuti dengan potensi defisit APBN 2011 yang diperkirakan akan menurun dari target 1,55 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 1,53 persen. Ini menyebabkan kondisi fiskal lebih bagus dibandingkan dengan sebelumnya, apalagi jika dibandingkan dengan defisit APBN di negara-negara Eropa yang mencapai 4 persen.

"Defisit turun Rp 1,6 triliun. Itu menunjukkan disiplin kita di situ. Kalau kita lihat di negara-negara maju, memang posisi defisit fiskal mereka itu rata-rata di atas 4 persen. Begitu juga dengan rasio utang terhadap PDB. Di negara Eropa kebanyakan di atas 80 persen, sedangkan di Indonesia dijaga di level 25-26 persen," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 25 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 25 Mei 2024

Spend Smart
Menko Airlangga Beberkan Keberhasilan Perekonomian Indonesia di Hadapan Para Pemimpin Global pada Nikkei Forum 2024

Menko Airlangga Beberkan Keberhasilan Perekonomian Indonesia di Hadapan Para Pemimpin Global pada Nikkei Forum 2024

Whats New
Giliran Kemenhub Tegur Garuda Soal Layanan Penerbangan Haji

Giliran Kemenhub Tegur Garuda Soal Layanan Penerbangan Haji

Whats New
Harga Bahan Pokok Sabtu 25 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Harga Bahan Pokok Sabtu 25 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Whats New
Kebakaran di Kilang Pertamina Balikpapan Sudah Berhasil Dipadamkan

Kebakaran di Kilang Pertamina Balikpapan Sudah Berhasil Dipadamkan

Whats New
Kenaikan Harga Saham Nvidia, Nasdaq Catat Rekor Tertinggi

Kenaikan Harga Saham Nvidia, Nasdaq Catat Rekor Tertinggi

Whats New
Kinerja Kepala Desa Millenial dan Z

Kinerja Kepala Desa Millenial dan Z

Whats New
Berkaca dari AS, Banyak Kredit Macet Akibat Student Loan

Berkaca dari AS, Banyak Kredit Macet Akibat Student Loan

Whats New
Atur Keuangan Agar Bebas Hutang, Ini Tipsnya

Atur Keuangan Agar Bebas Hutang, Ini Tipsnya

Work Smart
Penyebab Student Loan Gagal di Era Soeharto: Banyak Kredit Macet

Penyebab Student Loan Gagal di Era Soeharto: Banyak Kredit Macet

Whats New
Harga Batu Bara Acuan Mei 2024 Turun 5,8 Persen Jadi 114,06 Dollar AS Per Ton

Harga Batu Bara Acuan Mei 2024 Turun 5,8 Persen Jadi 114,06 Dollar AS Per Ton

Whats New
AHY Usul Ada Badan Air Nasional, Basuki: Koordinasi Makin Susah

AHY Usul Ada Badan Air Nasional, Basuki: Koordinasi Makin Susah

Whats New
[POPULER MONEY] 2015 Masih Rp 500.000-an Per Gram, Ini Penyebab Harga Emas Naik | AI Bakal Ambil Alih Semua Pekerjaan Manusia

[POPULER MONEY] 2015 Masih Rp 500.000-an Per Gram, Ini Penyebab Harga Emas Naik | AI Bakal Ambil Alih Semua Pekerjaan Manusia

Whats New
Student Loan era Soeharto, Ijazah Jadi Agunan, Ditahan Bank sampai Utang Lunas

Student Loan era Soeharto, Ijazah Jadi Agunan, Ditahan Bank sampai Utang Lunas

Whats New
Kementerian ESDM Ungkap Strategi Pemanfaatan Kendaraan Listrik di Tanah Air

Kementerian ESDM Ungkap Strategi Pemanfaatan Kendaraan Listrik di Tanah Air

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com