Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia, Harapan bagi Dunia

Kompas.com - 12/11/2011, 03:21 WIB

HONOLULU, Jumat - Para pemimpin perusahaan di kelompok Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) akan mendesak para pemimpin dunia untuk mendorong pertumbuhan dan memperlancar perdagangan. Beberapa negara di kawasan Asia memiliki potensi menjadi penggerak.

Para pebisnis dalam forum (APEC) di Honolulu, Jumat (11/11), mengatakan, lingkungan ekonomi yang bergejolak dan tidak pasti membuat investasi di sektor swasta menjadi tak menentu. Keadaan seperti ini juga dapat menimbulkan sentimen yang memicu proteksionisme, sebuah langkah yang fatal jika terjadi pada saat perekonomian global sedang lesu.

Pada surat kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang tiba di Honolulu, Jumat petang, para CEO itu menyerukan agar pemerintahan bekerja sama dengan pebisnis untuk menstimulasi pertumbuhan. Mereka juga berseru soal penciptaan lapangan kerja dalam jangka pendek. Dengan kekhawatiran Eropa tergelincir dalam resesi dan pertumbuhan ekonomi AS yang tetap rendah, kawasan Asia menjadi tempat terbaik untuk mengandalkan pertumbuhan dunia.

Dalam rancangan komunike, para pejabat senior APEC mencapai konsensus. Isinya adalah semua negara perlu meningkatkan daya tahan terhadap pengaruh negatif krisis Eropa. Namun, tidak ada pertanda bahwa dalam pertemuan tingkat tinggi APEC akan dihasilkan langkah nyata untuk membantu zona euro.

Para pemimpin APEC yang akan bertemu pada akhir pekan ini juga diharapkan membahas tentang kurs mata uang China, yuan, yang dianggap berada di bawah nilai wajarnya. Isu ini sudah menjadi pokok perseteruan berkepanjangan antara AS dan China.

Kemitraan ”terbatas”

Sebagai tuan rumah pertemuan APEC kali ini, AS kembali memperlihatkan sikap ”egoisme”. Di balik pertemuan APEC, AS kini memiliki agenda tersendiri yang disebut Trans-Pacific Partnership (TPP). Upaya AS soal TPP lebih fokus pada urusan bisnis. TPP Mereka menargetkan dapat menandatangani sebuah kesepakatan pada pertengahan tahun 2012.

AS terkesan tidak sabar dengan proses liberalisasi dagang dan ekonomi lewat APEC. AS menciptakan sebuah kelompok di balik kelompok. Sembilan negara, yakni AS, Australia, Selandia Baru, Vietnam, Malaysia, Singapura, Brunei, Cile, dan Peru, diharapkan bisa mencapai sebuah kesepakatan ekonomi lewat TPP. Jepang diharapkan juga segera bergabung.

AS dikritik karena bertindak seolah memecah belah APEC. Namun, Menteri Keuangan AS Timothy Geithner menyerukan agar APEC melakukan apa pun yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan.

Geithner juga menyerukan agar China melepas kendali atas sistem kurs yuan. Geithner kembali menyerang China soal ini.

Namun, Geithner meminta Asia melakukan peran sebagai penggerak ekonomi global. China, Korea Selatan, dan beberapa negara di Asia menguasai cadangan devisa sebesar 4 triliun dollar AS. Cadangan devisa ini dapat menjadi kekuatan finansial untuk meningkatkan belanja pemerintah.

China telah menyatakan akan melakukan langkah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, yang bisa dimanfaatkan dunia. Namun, China tetap menolak liberalisasi kurs yuan.(AP/AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com