Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace Tuding APP Tebang Tanaman Dilindungi

Kompas.com - 01/03/2012, 18:58 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Greenpeace menuding perusahaan kertas Asia Pulp and Paper yang bernaung di bawah Sinarmas Group menghancurkan kayu ramin, spesies tanaman dilindungi berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES).

Dalam konferensi pers, Kamis (1/3/2012) di Jakarta, Greenpeace menyatakan bahwa fakta tersebut didapatkan setelah investigasi yang berlangsung selama 1 tahun pada 2011 dengan mengunjungi pabrik Indah Kiat di Perawang, Sumatera.

Di tempat tersebut, Greenpeace mengambil sampel dari 46 gelondong kayu dan mengirimkannya ke sebuah laboratorium independen di Jerman. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa sampel yang diambil mengandung ramin.

"Greenpeace menangkap basah Asia Pulp and Paper. Investigasi ini telah jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka menggunakan ramin ilegal," ujar Bustar Maitar, Kepala Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia.

Greenpeace menunjukkan bahwa APP melakukan penebangan hutan gambut, termasuk menebang ramin. Sejak tahun 2001, di mana penebangan ramin dilarang, setidaknya APP telah menghancurkan 180.000 hektar hutan atau dua kali luas Jakarta.

Sejumlah pihak yang menggunakan kertas APP, di antaranya vendor IT terkemuka di dunia yang juga memasarkan produknya di Indonesia, retail, dan food beverage dinilai Greenpeace juga terlibat dalam perusakan hutan.

Penghancuran hutan, menurut Greenpeace, tidak hanya mengurangi populasi ramin yang saat ini makin langka. Penebangan juga mengancam populasi Harimau Sumatera yang kini tinggal 400 ekor dan juga terancam oleh aktivitas perburuan.

Berdasarkan hasil temuan, Bustar mengharapkan APP melakukan perbaikan pada usahanya. Ia mengharapkan APP menghentikan penebangan dan tidak menggunakan kayu ramin, menjaga hutan alam yang tersisa serta berkomitmen menggunakan kayu hasil plantation.

"Perusahaan yang bernaung di bawah Sinarmas, Golden Agri Resources, sudah berkomitmen untuk tidak merusak gambut, melakukan Free Prior Infirm Concern (FPIC) pada masyarakat dan melindungi lahan bernilai konservasi tinggi. Kalau perusahaan Sinarmas lain bisa, harusnya APP juga bisa," jelas Bustar.

Menanggapi pernyataan Greenpeace, Aida Greenbury, Direktur Sustainibility APP, mengatakan bahwa APP tidak melakukan penebangan, tidak menggunakan spesies tanaman dilindungi, serta memiliki sistem lacak-balak yang baik untuk mendeteksi adanya spesies kayu dilindungi.

"Tapi kami tetap berterima kasih pada Greenpeace dan akan menindaklanjuti temuan ini dengan investigasi. Kita akan lihat apakah ada ramin. Lihat juga pada koordinat penemuan serta membaca lagi laporan Greenpeace," ungkap Aida saat dihubungi hari ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Whats New
Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Rilis
Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Whats New
5 Cara Transfer BRI ke DANA, Pakai HP hingga ATM

5 Cara Transfer BRI ke DANA, Pakai HP hingga ATM

Spend Smart
Standard Chartered Tunjuk Rino Donosepoetro Jadi Cluster CEO

Standard Chartered Tunjuk Rino Donosepoetro Jadi Cluster CEO

Whats New
Cara Transfer BRI ke BRI di ATM dan BRImo di HP

Cara Transfer BRI ke BRI di ATM dan BRImo di HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com