Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Bangsa Produsen

Kompas.com - 19/04/2012, 08:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika ingin menjadi bangsa besar dan ikut dalam persaingan dunia, bangsa Indonesia mau tidak mau harus mengembangkan produksi dalam negeri. Berkaca dari cita-cita Sumitro Djojohadikusumo dan Widjojo Nitisastro, itu berarti mewujudkan entitas bangsa produsen.

Harapan besar itu terungkap dalam acara Mengenang 40 Hari Wafatnya Widjojo Nitisastro di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (18/4/2012). Dalam kesempatan itu, nama Sumitro Djojohadikusumo secara resmi ditetapkan sebagai nama Kampus FEUI Salemba dan nama Widjojo Nitisastro sebagai nama Kampus FEUI Depok.

Mantan Presiden BJ Habibie menyebut Sumitro-Widjojo adalah tokoh-tokoh favoritnya dalam hal dasar ekonomi pembangunan bangsa ini. Ia menyatakan, bangsa ini harus secepat mungkin memiliki hasil produksi dalam negeri. Hal itu sekaligus akan mampu menunjukkan bahwa Indonesia sebagai bangsa produsen, bukan konsumen. Ia menunjuk pada industri dirgantara yang disebutnya dapat lebih baik dari luar negeri. ”Itu fakta. Sangat disayangkan industri ini tidak dimanfaatkan, justru dihentikan. Namun, saya yakin generasi penerus mampu melanjutkan itu,” kata Habibie.

Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEUI TM Zakir Mahmud menyatakan, Widjojo sebagai manajer andal dengan intelektualitas tinggi. ”Beliau menyampaikan analisis ekonomi dalam pembangunan di pidato pengukuhan tahun 1960-an, padahal kala itu orang banyak bicara soal politik. Infrastruktur sosial juga dibahasnya beberapa kali, bentuk inpres dan KB sebagai terobosan,” kata Zakir seraya mengajak generasi saat ini dan selanjutnya untuk memaknai gagasan Widjojo itu dalam konteks kekinian.

Ketika memimpin FEUI tahun 1964-1968, Widjojo mendirikan Lembaga Demografi dan Laboratorium Statistika. Lembaga Demografi adalah lembaga riset kependudukan pertama Indonesia.

Karier Widjojo berawal dari dukungan Sumitro yang sudah mendirikan LPEM FEUI tahun 1953. Sumitro juga meletakkan dasar pembangunan FEUI dengan mengirimkan mahasiswa- mahasiswa terbaik ke luar negeri. Ketika kembali, mereka mengabdi dan mentransfer ilmu mereka.

Prabowo Subianto yang hadir sebagai wakil Sumitro menyatakan, kehidupan ayahnya berbenang merah kecintaan kepada Tanah Air dan rakyat Indonesia. ”Seluruh pembicaraan beliau adalah bagaimana membawa bangsa Indonesia ke tingkat yang sejahtera, keluar dari kemiskinan. Itu menjadi ciri khas benang merah Angkatan 45, sebagai angkatan pembebas yang mendedikasikan hidupnya bagi negeri ini,” kata Prabowo, yang juga Ketua Umum Partai Gerindra.

Sementara putri Widjojo, Widjaja Laksmi Kusumaningsih, merujuk kepada ekonom Chatib Basri yang menyatakan Widjojo layaknya arloji Swiss, detaknya berhenti ketika beliau meninggal. Menurut dia, tantangan generasi penerus untuk memberi ”baterai” baru agar detak ”arloji” itu kembali hidup. (BEN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com