Selama beberapa tahun terakhir, industri perbankan syariah tumbuh 15-20 persen. Di Indonesia, pertumbuhan industri perbankan syariah malah jauh lebih tinggi, yakni 35 persen.
Presiden Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB) Ahmad Mohammed Ali yakin, pertumbuhan perbankan syariah dunia akan berlanjut, sekitar 15-20 persen per tahun. ”Beberapa negara yang akan menjadi pendorongnya,
Pertumbuhan tersebut karena permintaan terhadap perbankan syariah yang terus meningkat. Selain itu, ketahanan terhadap krisis juga turut mendorong
Dalam sambutannya saat membuka seminar yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI), Ahmad Mohammed Ali menyebutkan, IDB berupaya membantu peningkatan ekonomi negara-negara anggotanya. ”Selain itu, kami juga berusaha agar institusi keuangan finansial berkontribusi terhadap promosi kegiatan ekonomi produktif dan kestabilan keuangan,” katanya.
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah dalam pembukaan seminar memaparkan, dalam 20 tahun terakhir, keuangan syariah membukukan pertumbuhan yang fenomenal. Aset pada tahun 1996 sebesar 137 miliar dollar AS, tumbuh menjadi 1,3 triliun dollar AS tahun 2011 .
Laporan McKinsey Global
Di Indonesia, total aset keuangan syariah mencapai Rp 214 triliun atau sekitar 23,8 miliar dollar AS tahun 2011. Aset tersebut didominasi perbankan syariah dengan pangsa 69,5 persen dan obligasi syariah atau sukuk 18,7 persen.
Catatan BI, pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia sebesar 40,2 persen dalam lima tahun terakhir. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan konvensional yang sekitar 16,7 persen. ”Pangsa perbankan syariah di Indonesia sekitar 4,1 persen,” ujar Halim.
Terkait dengan kepemilikan saham, IDB tetap membuka peluang untuk melepas sebagian sahamnya di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Langkah itu akan dilakukan jika ada pihak lain yang tertarik untuk memiliki saham Bank Muamalat. ”Kami tegaskan, IDB tidak ingin mendapatkan
Ahmad menjelaskan, IDB masuk ke Bank Muamalat saat krisis ekonomi sekitar tahun 1999 dan menjadi pemegang saham mayoritas. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata ada pihak lain yang tertarik untuk masuk ke Bank Muamalat.
Tahun lalu, rencana penjualan saham Bank Muamalat gagal dieksekusi. Catatan Kompas, pada Juli 2011, Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin menyatakan, gagalnya kesepakatan
Nilai saham Bank Muamalat saat itu Rp 6,4 triliun atau 3,2 kali nilai buku per Desember 2010 yang mencapai Rp 3 triliun. Nilai 67 persen saham Bank Muamalat Rp 4,25 triliun atau 500 juta dollar AS.
Menurut Arviyan, saat itu sudah ada penawar 400 juta dollar AS, tetapi belum disepakati.
Sekitar 87 persen saham Bank Muamalat dikuasai IDB, Boubyan Bank Kuwait, dan Atwill Holdings Limited.