Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Forex Trading, Siapa Jadi Pengawas?

Kompas.com - 15/06/2012, 09:56 WIB

KOMPAS.com - Rahmatullah (40), warga Bekasi, Jawa Barat, belum genap dua bulan ini ikut kursus transaksi perdagangan nilai tukar valuta asing di pasar uang internasional yang disebut foreign exchange trading (forex trading).

Kursus diikutinya selama dua hari dengan biaya Rp 3 juta di Sekolah Forex di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Dengan mengikuti kursus itu, Rahmat—begitu ia dipanggil—berharap suatu saat bisa menambah penghasilan keluarganya dengan menjadi seorang pedagang (trader) di dunia maya.

”Meski masih coba-coba, saya sudah mengumpulkan 6 dollar AS. Sebelumnya, saya cuma investasi 30 dollar AS. Sekarang, sudah naik 36 dollar AS,” ujar ayah tiga anak tamatan jurusan kelistrikan sekolah teknik menengah di Bekasi itu, Rabu (13/6/2012). Dengan modal 30 dollar AS, Rahmat memperdagangkan mata uang euro, dollar AS, dan yen Jepang.

Setelah menganggap berhasil, Rahmat ingin mencoba yang lebih besar lagi. Teknisi peralatan elektronik itu pun kini siap-siap trading dengan nilai investasi 900 dollar AS.

Meski sama-sama menimba ilmu di sekolah sejenis, Bambang Hermanto (41), warga Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Lampung, berbeda dengan Rahmat. ”Meski sudah belajar forex, saya tidak berani trading. Saya titipkan dananya ke teman SMA saya yang main forex trading,” kata ayah tiga anak ini. Dana yang dititipkan ke temannya sekitar 400 dollar AS.

Alasan Bambang, ia masih dalam taraf belajar. ”Saya takut uang saya hilang,” katanya.

Teman-temannya punya pengalaman buruk ikut investasi valas saat calon presiden AS Barack Obama memenangi pemilu. ”Semua mengira investasi akan untung. Kenyataannya malah rugi. Tidak cukup melihat kondisi politik semata, tetapi juga harus punya kemampuan trading,” ujar Bambang, tamatan diploma jurusan pertanian.

Bambang tentu tak mau seperti Lily Elizabeth, seorang investor. Lily pernah merugi miliaran rupiah dari beberapa investasi yang diikutinya.

Tuntutan global

Menurut Presiden Direktur Sekolah Forex Yul Eko Rubiyanto (33), sekolahnya sebenarnya untuk mengajari siapa pun yang ingin belajar menjadi trader.

Lembaga yang mengajarkan forex trading memang bukan hanya Sekolah Forex. Di dunia maya, banyak lembaga yang menyelenggarakan kursus forex trading, termasuk sejumlah perusahaan pialang.

Menurut Yul, dengan forex trading, seseorang bisa mengembangkan uangnya dengan mudah dan dengan hasil yang cukup besar. ”Kita tak perlu kena macet, cukup di rumah, bermodalkan komputer dan internet,” ujar Yul yang juga trader dengan penghasilan tambahan 300 dollar AS-500 dollar AS per bulan.

Selebihnya, menurut Yul, trader cukup memperhatikan gerakan pasar uang melalui sebuah grafik di sebuah platform trading antara lain metatrader 4. ”Transaksi forex dilakukan siapa pun, mulai dari pemerintah sampai individu pada saat yang sama sehingga perputaran uang sangat cepat,” paparnya.

Forex trading muncul sebagai tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi yang menghilangkan batas-batas antarnegara. Melalui telekomunikasi canggih, setiap orang dapat mengikuti perkembangan nilai tukar valas dan menjadi peserta pasar uang internasional selama 24 jam.

Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan, agak terkejut saat ditanya mengenai maraknya sekolah forex trading yang tak terkontrol oleh Bank Indonesia ataupun Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

Alasannya, selain soal perizinan yang harus dikantongi, dikhawatirkan para trader yang dididik tidak paham dengan kondisi keuangan global yang saat ini tengah bergejolak. ”Boleh jadi, sekolah seperti itu memang bermunculan. Namun, siapa yang harus mengeluarkan izin untuk lembaga-lembaga seperti itu? Siapa pula yang mengawasi transaksi? Jangan sampai masyarakat dirugikan. Bukannya untung malah buntung,” ujar Anton.

Ia berharap Otoritas Jasa Keuangan yang segera terbentuk nantinya bisa ikut mengawasi maraknya sekolah-sekolah yang mengajarkan forex trading. (HAR/OIN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Naik Tembus Level 6.200, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.000

IHSG Ditutup Naik Tembus Level 6.200, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.000

Whats New
Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Whats New
OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

Whats New
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Whats New
Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Whats New
Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Whats New
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Work Smart
J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Targetkan Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Targetkan Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com