Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RAPBN 2013 Sulit Wujudkan Kedaulatan Pangan

Kompas.com - 06/09/2012, 09:39 WIB
Hermas Effendi Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis pangan yang berkepanjangan tidak juga ingin segera diselesaikan secara menyeluruh melalui komposisi RAPBN 2013. Meskipun alokasi dana untuk ketahanan pangan meningkat menjadi 5 persen, paradigma tentang pangan tetap terbatas pada padi dan pertanian.

Pemerintah dan DPR terus mengabaikan cara pemenuhan pangan secara mandiri berdasarkan potensi keanekargaman sumber daya yang dimiliki Indonesia. Demikan pendapat Aliansi untuk Desa Sejahtera mencermati RAPBN 2013. "Aspek penting dalam upaya untuk membangun kedaulatan pangan bangsa yaitu dukungan kepada produsen pangan kecil justru menurun.Tanpa hal ini tujuan untuk mencapai Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional semakin jauh," kata Tejo Wahyu Jatmiko, Koordinator Nasional ADS. Kamis (6/9/2012) di Jakarta.

Aliansi untuk Desa Sejahtera merupakan aliansi dari 16 ornop dan jaringan dengan fokus kerja mengupayakan penghidupan pedesaan yang lestari dengan pendekatan pada tiga komoditas, yakni beras/pangan, sawit, dan ikan. Menurut Tejo, RAPBN 2013 juga menunjukkan belum adanya kebijakan pangan yang komprehensif dan saling sinergis antar lembaga negara. Hal ini dapat terlihat dari tidak masuknya Kementrian Perdagangan sebagai lembaga yang terlibat langsung dalam program aksi di bidang pangan. Padahal, pengaturan impor pangan yang menjadi tugas pokok dan fungsi Kementrian Perdagangan bisa langsung memukul produsen pangan kecil dalam negeri.

Abdul Halim, koordinator pokja perikanan menegaskan, impor pangan di antaranya ikan dan garam menunjukkan ketidaksiapan Indonesia mengurusi pangannya. Program pengendalian impor pangan di 15 propinsi akan jadi pepesan kosong saat Kementerian Kelautan dan Perkinanan menyatakan tidak perlu impor ikan dan garam, tetapi Kementrian Perdagangan terus membuka keran impor yang mengakibatkan nasib produsen dalam negeri terpuruk, seperti sekarang ini.

RAPBN 2013 juga mengabaikan  upaya pemenuhan pangan oleh nelayan produsen kecil. Salah satunya terlihat dari program bantuan langsung masyarakat kepada nelayan yang menurun dari 3.700 kelompok usaha bersama (2012) menjadi 3.300 kelompok (2013)," jelas Halim lagi.

Potensi perikanan tangkap untuk pemenuhan protein bangsa tidak dimaksimalkan dengan kecilnya alokasi untuk KKP, sekitar 0,3 persen dari total RAPBN, tambahnya lagi. "Infrastruktur jelas masih menjadi fokus pembangunan pangan,terutama yang dianggap komoditas unggulan oleh pemerintah, sementara dampak bagi masyarakat produsen pangan skala kecil, hanya dilakukan lewat bantuan dan pemberdayaan." kritik Achmad Surambo, ketua Pokja Sawit ADS.

Tambal sulam dilihat dari subsidi benih (2013) senilai: 76.900 ton (Rp 137,9 miliar), turun jauh dari 2012 sebesar 186.000 ton (Rp. 1,89 triliun). Sementara untuk pupuk, menjadi 7,3 juta ton (Rp. 15,9 triliun), dari sebelumnya Rp. 675 milyar. "Pertanyaannya jatuh kesiapa? Karena subsidi tidak langsung diberikan ke petani, tetapi dinikmati oleh pabrik atau perusahaan benih." Said Abdullah, koordinator pokja beras mengingatkan. Ditingkat produksi, benih dan pupuk saling melengkapi, tidak menggantikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

    BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

    Whats New
    Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

    Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

    Whats New
    Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

    Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

    Whats New
    Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

    Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

    Whats New
    Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

    Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

    Whats New
    SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

    SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

    Whats New
    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

    Whats New
    Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

    Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

    Whats New
    Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

    Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

    Whats New
    Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

    Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

    Whats New
    Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

    Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

    Whats New
    Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

    Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

    Whats New
    Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

    Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

    Whats New
    Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

    Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

    Whats New
    Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

    Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com