Jakarta, Kompas -
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil mengatakan itu, Senin (12/11), di Surabaya. ”Jumlah pabrik gula nasional sekarang 62 unit dengan kapasitas terpasang inklusif pabrik gula sekarang hanya 213.000 ton tebu per hari. Dengan menghitung hari giling dalam setahun 150 hari, untuk rendemen yang mencapai 10 persen produksi gula nasional hanya akan mencapai 3,2 juta ton,” katanya.
Ini jauh dari target swasembada gula sebanyak 5,7 juta ton tahun 2014. Selain itu, luas lahan tebu nasional saat ini juga hanya 450.000 ton. Dengan produktivitas tebu per hektar 100 ton, kapasitas terpasang pabrik gula nasional tak akan sanggup menampung produksi tebu nasional.
Tidak ada pilihan lain bagi pemerintah selain menambah kapasitas pabrik gula sehingga mampu mengolah tebu sesuai dengan pasokan. Di sisi lain, pasokan tebu juga harus ditingkatkan dengan menambah luas lahan tebu 300.000 hektar.
Kesenjangan dalam penentuan persentase rendemen gula disebabkan minat petani untuk menanam tebu berkurang. Tim independen rendemen diperlukan untuk menghindari konflik yang dipicu rasa saling curiga antara petani dan pabrik gula.
PT Perkebunan Nusantara X (Persero) telah mempersiapkan lahan tanaman tebu sebelum membangun pabrik gula di Pulau Madura. Direktur Utama PTPN X Subiyono mengatakan, Pulau Madura cocok untuk mengembangkan tanaman tebu karena faktor sinar matahari membantu peningkatan kualitas tebu. Kualitas tebu sangat penting karena berkaitan dengan pencapaian rendemen.
Dia menjelaskan, dalam dua tahun terakhir, PTPN X sudah mengembangkan sekitar 1.300 hektar lahan tebu Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang. Rendemen tebu dari Madura cukup bagus, minimal 7,5 persen. Bahkan ke depan, dengan menerapkan sistem pertanian yang bagus, rendemen bisa mencapai minimal 8 persen.
Ia menambahkan, pengembangan lahan tebu dilakukan di lahan tidur yang selama ini kurang produktif.