Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Tol Jangan Tergesa-gesa

Kompas.com - 12/01/2013, 02:31 WIB

DTKJ berharap Jokowi mempertimbangkan kembali keputusannya. Pertimbangan rasio jalan di Jakarta yang masih 6 persen dibanding total luas wilayah tidak harus dijawab dengan penambahan jalan baru, apalagi tol, tetapi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan transportasi publik.

Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pun turut menyesalkan hal ini. ”Jokowi tidak konsisten dengan kampanyenya selama ini yang menolak pembangunan jalan tol baru dalam kota,” ujarnya. Jokowi sebaiknya fokus menggarap transportasi publik.

Persyaratan bangun tol

Soal persyaratan pembangunan jalan tol, pengamat tata kota Yayat Supriatna mengingatkan, hal itu sudah diatur dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030.

Dalam Pasal 29 Ayat 3 disebutkan, proyek baru dapat dilaksanakan jika 12 koridor transjakarta diintegrasikan secara optimal lengkap dengan jaringan bus pengumpan (feeder), pembatasan lalu lintas kendaraan, menerapkan strategi manajemen lalu lintas di setiap titik masuk-keluar tol, dan menerapkan konsep integrasi angkutan massal.

”Intinya, jika sistem angkutan umum belum terbangun, jalan tol sebaiknya tidak dibangun,” tutur Yayat.

Menurut Yayat, Gubernur DKI mempunyai dasar hukum untuk menolak proyek enam ruas jalan tol. Dalam Pasal 22 Ayat 2 Perda RTRW ditegaskan, target perjalanan penduduk 60 persen menggunakan angkutan umum.

”Demi kepentingan warga Jakarta, gubernur bisa menolak proyek jalan tol. Proyek jalan tol bisa ditolak atau sebaiknya ditunda sementara waktu sampai semua syarat terpenuhi,” ujarnya.

Jokowi pastikan syarat

Menanggapi sejumlah kritik tersebut, Jokowi, kemarin, menegaskan, dia menyetujui pembangunan enam ruas jalan tol itu dengan sejumlah persyaratan yang tidak mudah. Proyek itu harus dipastikan dapat dimanfaatkan angkutan massal, lolos analisis dampak lingkungan lalu lintas, dan dilakukan penataan pintu masuk-keluar tol yang sesuai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com