Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Rupiah dari Manipulasi Valas

Kompas.com - 11/02/2013, 09:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bau mencurigakan manipulasi valas sebenarnya sudah tercium sejak lama, namun baru sekitar tahun lalu sumber bau di Singapura itu mulai dibongkar. Akibatnya, bank-bank sentral ASEAN, termasuk Bank Indonesia, mulai bersiaga.

Alkisah, investigasi kasus rekayasa bunga Libor turut menguak manipulasi kontrak berjangka valas di Singapura. Rupiah termasuk mata uang yang dimanipulasi bersama baht Thailand, dong Vietnam, dan ringgit Malaysia dalam produk bernama non delivery forward (NDF).

Pada 28 Oktober 2012, Reuters melaporkan bahwa UBS dan RBS telah mensuspensi lebih dari tiga orang trader di Singapura. Mereka diduga berkolusi mempermainkan kontrak jual/beli NDF di harga tertentu.

Bagaimana caranya? Mari kita pahami dulu konsep NDF.

Secara sederhana, NDF ini rada mirip dengan kontrak forward. Keduanya sama-sama berprinsip seperti sistem ijon padi yakni sudah ada transaksi jual beli barang, kendati belum panen.

Dalam forward, kedua belah pihak harus menyerahkan duit masing-masing pada prediksi kurs di masa yang akan datang yang sudah mereka sepakati. Namun bedanya, dalam NDF, ketika jatuh tempo, kedua belah pihak tak menyerahkan seluruh nilai valas transaksi yang disepakati. Mereka hanya menyerahkan selisih kurs hasil tebakan. Itu pun bukan dalam rupiah tapi dalam dollar AS.

Misalnya, ada kontrak NDF yang menebak sebulan lagi nilai tukar USD/IDR akan mencapai 10.000. Sebulan kemudian, ternyata kurs spot USD/IDR mencapai 9.500. Berarti yang membeli kontrak itu bakal rugi Rp 500, tentu saja ini dikalikan nilai kontrak yang dibeli dan dikonversikan ke dollar AS.

"Jadi NDF ini tidak ada underlying-nya. Ketika waktunya, mereka netting dan tinggal transfer. Ini seperti pasar tak bertuan karena tidak ada yang mengawasi," kata Difi A. Johansyah, Direktur Grup Humas Bank Indonesia (BI).

Tipu-tipu trader NDF

Nah di Singapura, kurs spot USD/IDR yang digunakan berasal dari fixing atau merata-rata harga atau kuotasi kurs USD/IDR yang dimasukkan 18 bank kepada ABS (Association Banks of Singapore).

Sumber Reuters berkata, jika trader dapat menggerakkan nilai spot yang mereka masukkan atau berkolusi bersama, maka mereka bisa meraup untung dari NDF. Ini mirip dengan manipulasi bunga Libor oleh bank-bank kelas dunia yang terkuak pertengahan tahun lalu.

Sejauh ini, otoritas moneter Singapura belum mengungkap nama bank yang sedang diselidiki. Tapi, empat bank yang paling banyak melakukan transaksi NDF adalah UBS, JPMorgan Chase & Co, DBS Group Holdings Ltd, dan HSBC Holdings Plc.

Catatan saja, pasar NDF di Singapura berkembang sejak krisis moneter Asia terjadi. Waktu itu dana asing kabur dari negara-negara berkembang sehingga nilai tukar mata uang Asia termasuk rupiah hancur. Banyak negara Asia yang kemudian mulai menjaga nilai tukarnya.

NDF memberi peluang bank untuk menghindari kontrol pemerintah itu. Sebab, NDF diperdagangkan over the counter. NDF menjadi opsi hedging dan jual beli mata uang yang tak boleh diperdagangkan di luar negeri seperti halnya rupiah.

Apa kaitannya bagi rupiah?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com