Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Imigran Rohingya Diamankan di Kendari

Kompas.com - 15/03/2013, 18:45 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Kantor Imigrasi Kelas I Kendari, kembali mengamankan 40 orang imigran gelap, asal Myanmar, Jumat (15/3/2013) sekitar pukul 15.40 Wita.

40 imigran itu digerebek petugas imigrasi bersama personil Polda Sultra di tempat persinggahannya di salah satu hotel di Baruga Kendari. Mereka yang merupakan muslim Rohingya Myanmar, kemudian dipindahkan dari hotel ke karantina kantor imigrasi Kendari, Jalan Ahmad Yani.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Kendari, R. Hendiartono mengatakan, informasi terkait adanya imigran gelap di Kendari pertama kali diendus pihak aparat Polda Sultra. Selanjutnya, bersama-sama pihak kepolisian, para imigran langsung digerebek.

"Mereka ada yang datang tadi malam dan juga tadi siang. Jumlahnya masih kami identifikasi, tapi berdasarkan laporan ada 40 orang," katanya.

Hendiartono merinci, dari 40 orang tersebut terdapat satu orang ibu yang sedang hamil, tiga orang gadis, dua orang balita, dan sisanya adalah laki-laki. "Mereka ini katanya berasal dari Rohingya, Myanmar. Dari negara asalnya itu mereka menyeberang ke Malaysia, kemudian ke Medan, lalu ke Jakarta. Dan dari Jakarta mereka naik pesawat menuju Kendari. Modus mengapa harus Kendari yang menjadi jembatan mereka ke Australia, mungkin karena daerah ini dianggap aman untuk menyeberang ke negara tujuan, Australia," terang Hendriartono yang ditemui di kantornya.

Hendriartono mengatakan, dari 40 orang imigran tersebut ada beberapa di antaranya yang memiliki kartu pengungsi dari UNHCR, saat mereka berada di Malaysia.

Sebelumnya, imigran gelap yang diamankan dan masih berada di Kendari berjumlah 95 orang. Namun lima orang lainnya telah dikirim ke Rumah Detensi imigrasi di Makassar. Sehingga total imigran gelap kini menjadi 130 imigran. "Sebenarnya mereka punya kartu UNHCR (kartu pengungsi), tapi tidak semua. Itupun kartu yang mereka miliki hanya berlaku di Malaysia, dan dianggap ilegal di Indonesia," ujar Hendriartono.

Sementara itu, salah seorang imigran bernama Alatullah mengungkapkan, ia dan rekan-rekannya nekad ke Indonesia lantaran ingin mencari suaka ke Australia. Alasannya, di negaranya, kaum minoritas seperti mereka selalu mendapatkan perlakukan yang tidak baik. "Kami sudah tidak bisa mendapatkan pendidikan lagi. Bahkan untuk menikah, kami masih dilarang-larang," tuturnya dengan raut wajah yang sedih. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

APJAJI Keluhkan Tarif Batas Tas Tiket Pesawat Tak Kunjung Direvisi, Maskapai Bisa Bangkrut

APJAJI Keluhkan Tarif Batas Tas Tiket Pesawat Tak Kunjung Direvisi, Maskapai Bisa Bangkrut

Whats New
Bakal Jalankan Program Penjaminan Polis, LPS: Tugas Berat

Bakal Jalankan Program Penjaminan Polis, LPS: Tugas Berat

Whats New
Menperin Sebut Dumping Jadi Salah Satu Penyebab PHK di Industri Tekstil

Menperin Sebut Dumping Jadi Salah Satu Penyebab PHK di Industri Tekstil

Whats New
Data Terbaru Uang Beredar di Indonesia, Hampir Tembus Rp 9.000 Triliun

Data Terbaru Uang Beredar di Indonesia, Hampir Tembus Rp 9.000 Triliun

Whats New
Jadi BUMN Infrastruktur Terbaik di Indonesia, Hutama Karya Masuk Peringkat Ke-183 Fortune Southeast Asia 500

Jadi BUMN Infrastruktur Terbaik di Indonesia, Hutama Karya Masuk Peringkat Ke-183 Fortune Southeast Asia 500

Whats New
Mendag Zulhas Segera Terbitkan Aturan Baru Ekspor Kratom

Mendag Zulhas Segera Terbitkan Aturan Baru Ekspor Kratom

Whats New
Manfaatnya Besar, Pertagas Dukung Integrasi Pipa Transmisi Gas Bumi Sumatera-Jawa

Manfaatnya Besar, Pertagas Dukung Integrasi Pipa Transmisi Gas Bumi Sumatera-Jawa

Whats New
Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Whats New
Premi Asuransi Kendaraan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Penurunan Penjualan, Ini Alasannya

Premi Asuransi Kendaraan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Penurunan Penjualan, Ini Alasannya

Whats New
Hidrogen Hijau Jadi EBT dengan Potensi Besar, Pemerintah Siapkan Regulasi Pengembangannya

Hidrogen Hijau Jadi EBT dengan Potensi Besar, Pemerintah Siapkan Regulasi Pengembangannya

Whats New
Rupiah Masih Tertekan, Bank Jual Dollar AS Rp 16.600

Rupiah Masih Tertekan, Bank Jual Dollar AS Rp 16.600

Whats New
Freeport Akan Resmikan Smelter di Gresik Pekan Depan

Freeport Akan Resmikan Smelter di Gresik Pekan Depan

Whats New
Akhir Pekan, IHSG Mengawali Hari di Zona Hijau

Akhir Pekan, IHSG Mengawali Hari di Zona Hijau

Whats New
Ini Kendala Asuransi Rumuskan Aturan Baku Produk Kendaraan Listrik

Ini Kendala Asuransi Rumuskan Aturan Baku Produk Kendaraan Listrik

Whats New
Dokumen Tak Lengkap, KPPU Tunda Sidang Google yang Diduga Lakukan Monopoli Pasar

Dokumen Tak Lengkap, KPPU Tunda Sidang Google yang Diduga Lakukan Monopoli Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com