Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Garasi

Kompas.com - 02/06/2013, 07:26 WIB

Awal perjalanan karier Biyan Wanaatmadja sebagai perancang busana 30 tahun lalu hampir sama dengan banyak orang. Saat bersekolah di London College of Fashion, dia penuh dengan cita-cita seorang perancang busana. Tetapi, mulai bekerja di Tanah Air, dia berhadapan dengan kenyataan industri pendukung dan masyarakat belum siap menerima profesi itu.

”Saya datang ke rumah seorang pelanggan dan tidak sengaja mendengar dia mengatakan supaya tukang jahit, maksudnya saya, untuk menunggu dulu. Lalu, di tempat kerja datang pelanggan lain yang ketika bertelepon dengan temannya bilang sedang di tempat tukang jahit, maksudnya saya juga,” tutur penyuka anjing yang memiliki 15 ekor anjing.

Dua kejadian itu menguatkan dia untuk mewujudkan cita-cita menjadi perancang profesional. Tidak ada jalan lain kecuali bekerja keras membuat koleksi dan memperlihatkannya sebagai satu koleksi lengkap. Biyan lalu bergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) dan mulai rutin membuat pergelaran arah mode setiap tahun bersama anggota IPMI.

”Satu-satunya jalan membuat koleksi sebagai cara berkomunikasi dengan masyarakat. Artinya, selain mendengarkan intuisi kita, berkomunikasi dengan orang-orang di luar diri kita melalui koleksi menjadi proses yang membentuk karakter, cara kerja, dan ciri saya,” tutur perancang yang mengisi waktu luang dengan mengerjakan hal sederhana yang tidak sempat dikerjakan sehari-hari, seperti membereskan koleksi buku-bukunya.

Biyan yang disiplin menjaga kesehatannya mengaku selalu terpukau dengan keindahan dan kekuatan perempuan. Rancangannya berusaha menonjolkan sisi kemandirian, kelembutan, dan keindahan perempuan dalam konteks timur.

Bunga menjadi salah satu tema kuat yang beberapa kali dia eksplorasi, bahkan sejak awal dia berkarier karena alam yang asri semakin menjadi barang langka. ”Bunga bisa muncul secara fisik, melalui aromanya, dan bahkan ketika layu dan membusuk pun memiliki keindahannya,” kata Biyan yang senang memanfaatkan sedikit waktu libur dengan terbang ke Bali.

Untuk tahun ini, tema daun-daunan banyak mendominasi rancangannya. Untuk menandai 30 tahun berkarya, pada pergelaran 5 Juni mendatang, Biyan melakukan refleksi pada perjalanan kariernya dengan latar belakang Indonesia yang kaya ragam seni budaya.

Biyan memulai usahanya sekembali ke Surabaya dari garasi. Merek pakaian siap pakainya untuk lini kedua, Studio 133, berasal dari alamat rumah di Jalan Pandegiling, Surabaya. Dia lalu pindah ke Jakarta dan membuka studio di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, yang dia pertahankan sampai saat ini. Di sana diproduksi busana yang menuntut kecermatan dan kesabaran pengerjaan tangan. Ada sulam, bordir, payet, dan manik, print, dalam beragam teknik.

”Dunia mode kita sekarang lebih penuh energi, ada peluang di sana dan itu aset. Ketika kita memulai bisnis harus mau rugi dulu, banyak perdebatan dan perbedaan. Kita tidak dapat bekerja sendiri-sendiri, banyak negara ingin masuk ke industri mode karena bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah. Mereka juga menyadari industri mode adalah aset dan peluang,” ungkap Biyan.

Kita seharusnya juga menyadari itu dan menyatukan strategi serta langkah merebut peluang tersebut, dan memanfaatkan kekayaan industri kriya kita.

(NMP/DAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com