Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Pileg Tak Sesuai Ekpetasi, Pengusaha Khawatirkan Politik Dagang Sapi

Kompas.com - 10/04/2014, 15:05 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pengusaha mengaku terkejut dengan hasil hitung cepat berbagai lembaga survei yang menempatkan sementara PDI-P, Golkar, serta Partai Gerindra sebagai tiga besar teratas, dengan hasil yang terpaut tak cukup jauh.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi misalnya, yang menyebut, ternyata untuk memuluskan seseorang melaju di pemilihan Presiden tahun ini tidak bisa dengan istilah "one man show".

"Harus dipimpin oleh orang yang bisa bekerjasama. Tapi secara teknis tentu sulit, apalagi kalau parlemen lebih banyak, pasti lebih banyak menimbulkan ketidakpastian. Itu yang terjadi di pengalaman 2009," ujarnya dihubungi Kompas.com, Kamis (10/4/2014).

Koalisi gemuk menurut pengalaman pengusaha sangat menyusahkan. Betapa tidak, lanjut Sofjan, keputusan-keputusan termasuk terkait perekonomian menjadi lambat. "Keluar Undang-undang yang saling overlaping, menimbulkan ketidakpastian usaha, tidak ada kejelasan anggaran belanja dan infrastruktur," kata Sofjan.

Ditanya perihal prediksi koalisi, Sofjan menyebut ada baiknya PDI-P yang sudah mengantongi suara 18,96 persen berkoalisi dengan Golkar. "Ditambah PKB-nya, itu sudah cukup menjadi koalisi. Enggak perlu politik dagang sapi," kata Sofjan.

Ada kemungkinan pula kata dia, Gerindra bakal membentuk koalisi sendiri. Demikian juga dengan partai-partai tengah. Namun, jika itu terjadi, kata dia, ada kekhawatiran kembali terjadi politik dagang sapi seperti 2009.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Apindo Anton J Supit. Dia menuturkan, hasil pemilihan legislatif kali ini sungguh di luar dugaan. Anton yang secara pribadi memprediksikan PDI-P bakal mengantongi lebih dari 20 persen, ternyata tidak demikian.

"Harapan kita ada satu partai yang dominan. Sehingga politik dagang sapi hilang," tegas Anton.

Namun demikian, kata dia, itulah hasil pemilihan rakyat yang tidak bisa diubah. Dia hanya khawatir, jika politik dagang sapi kembali terulang, sektor-sektor strategis hanya akan dipegang dari orang partai yang belum tentu memiliki kompetensi di bidang tersebut.

Selama 10 tahun terakhir, yang terjadi adalah banyak sektor strategis hanya menjadi tumbal politik dagang sapi. Seperti, sebut dia, perdagangan, kehutanan, perindustrian, pertanian, dan tenaga kerja. "Sektor ini harus dipegang mereka yang mau mengentaskan kemiskinan dan bukan untuk kepentingan partai untuk raising fund," jelas Anton.

"Tidak masalah bikin koalisi. Tapi pengalaman, 10 tahun terakhir ini sektor strategis tidak dijalankan oleh orang yang berdedikasi. Dan lucunya yang menikmati koalisi justru tidak mendukung presiden, seperti upaya menekan BBM dan kasus Century," katanya.

Meskipun hasil pileg di luar prediksi, dia berharap kalaupun ada koalisi, yang terbentuk adalah koalisi terbatas sehingga tidak terlalu banyak negosiasi-negosiasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com