Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo-Hatta Janji Buka Tiga Juta Lapangan Kerja

Kompas.com - 13/06/2014, 15:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyaknya tenaga kerja Indonesia yang mencari nafkah ke luar negeri menjadi buruh dan pembantu merupakan keprihatinan tersendiri bagi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Karena itu, pasangan dengan nomor urut 1 ini berjanji akan membuka lapangan pekerjaan mencapai 2 juta sampai 3 juta orang per tahun.

Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mengembangkan industri manufaktur dalam negeri. Ketua Dewan Pakar Partai Gerindra Burhanuddin Abdullah mengatakan, industri manufaktur Indonesia saat ini tengah mengalami kemerosotan. Sementara di negara lain, seperti Tiongkok, industri manufakturnya berkembang pesat. Namun, di Tiongkok, upah buruhnya sekitar tiga kali lebih tinggi dibandingkan upah buruh di Indonesia. Nah, industri manufaktur dari Negeri Tirai Bambu tersebut tengah mencari tempat untuk relokasi.

"Karena itu, pasangan capres Prabowo-Hatta akan membuat aturan yang sangat kondusif bagi industri padat karya sehingga Indonesia menjadi salah satu tujuan relokasi industri dari China tersebut," ujar kepada Kontan, Rabu (11/6/2014).

Burhanuddin mengatakan, industri manufaktur seperti pabrik tekstil, pabrik sepatu, dan elektronik bisa menciptakan lapangan kerja yang cukup besar di Indonesia. Ia bilang, pasangan Prabowo-Hatta berusaha agar relokasi industri dari Tiongkok itu masuk ke Indonesia minimal 10 persennya saja. Jumlah tersebut sangat besar bagi Indonesia dan sangat membantu menciptakan lapangan pekerjaan. Selain fokus mengembangkan lapangan kerja dari sektor industri manufaktur, pasangan Prabowo-Hatta juga menjanjikan penciptaan lapangan kerja di sektor pertanian.

Abdullah membeberkan, saat ini sektor pertanian kita mengalami kerusakan lahan sebesar 77.000 hektar (ha). Kalau 10 persen saja dari jumlah lahan itu dimanfaatkan untuk membuka lapangan pekerjaan dan sisanya dihijaukan atau diutangkan kembali, maka bisa memenuhi ketahanan pangan dan energi bagi masyarakat Indonesia. Abdullah menargetkan dalam waktu lima tahun akan diciptakan sebanyak 2 juta ha tanaman pangan atau tanaman energi.

Dengan perhitungan itu, maka setiap hektar tanah dibutuhkan enam orang tenaga kerja. Maka, bila pemerintahan Prabowo-Hatta membuka 2 juta ha untuk tanaman pangan saja, sudah ada 12 juta orang yang bisa diserap oleh sektor pertanian. Untuk semua kebijakan tersebut, sumber pendanaan bisa berasal dari APBN, perbankan, pajak, dan sebagainya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menambahkan bahwa pasangan Prabowo-Hatta juga akan membuka lapangan kerja melalui perbaikan irigasi dan infrastruktur untuk industri pengolahan padat karya.

Selain itu, pihaknya juga akan menjadikan badan usaha milik negara (BUMN) yang bernilai strategis bagi perekonomian sebagai lokomotif dan ujung tombak kebangkitan dan kedaulatan ekonomi.

Prabowo-Hatta berjanji akan meningkatkan pendapatan per kapita penduduk dari Rp 35 juta menjadi minimal Rp 60 juta per tahun. Di sisi lain, akan mengurangi jurang pendapatan antara si kaya dan si miskin dengan indeks gini dari 0,41 menuju 0,31. Pasangan ini juga akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari sekitar 75 mencapai 85. (Noverius Laoli)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Saat Investasi

Ini Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Saat Investasi

Earn Smart
Produk Dekorasi Rumah Indonesia Bukukan Potensi Transaksi Rp 13,6 Miliar di Interior Lifestyle Tokyo 2024

Produk Dekorasi Rumah Indonesia Bukukan Potensi Transaksi Rp 13,6 Miliar di Interior Lifestyle Tokyo 2024

Rilis
Jasa Ekspedisi Dinilai Penting, Pengguna E-Commerce Tak Bebas Tentukan Pilihan

Jasa Ekspedisi Dinilai Penting, Pengguna E-Commerce Tak Bebas Tentukan Pilihan

Whats New
Selama Sepekan Harga Emas Antam Melonjak Rp 18.000 Per Gram

Selama Sepekan Harga Emas Antam Melonjak Rp 18.000 Per Gram

Whats New
Libur Panjang Idul Adha, 75.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Habis Terjual

Libur Panjang Idul Adha, 75.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Habis Terjual

Whats New
Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

Kisah Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Porak Poranda usai Perang

Whats New
Kominfo Minta Media Sosial Tak Muat Konten Pornografi dan Judi Online

Kominfo Minta Media Sosial Tak Muat Konten Pornografi dan Judi Online

Whats New
Cash Flow Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengaturnya

Cash Flow Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengaturnya

Earn Smart
Libur Idul Adha, KAI: 882.164 Tiket Kereta Ludes Terjual

Libur Idul Adha, KAI: 882.164 Tiket Kereta Ludes Terjual

Whats New
Refund Tiket Kereta Bisa Lewat Aplikasi Access by KAI, Ini Caranya

Refund Tiket Kereta Bisa Lewat Aplikasi Access by KAI, Ini Caranya

Whats New
Bulog Bakal Akuisisi Sumber Beras di Kamboja, Ini Kata Guru Besar IPB

Bulog Bakal Akuisisi Sumber Beras di Kamboja, Ini Kata Guru Besar IPB

Whats New
Cerita Pedagang Kulit Ketupat Dapat Rezeki Tambahan di Momen Idul Adha

Cerita Pedagang Kulit Ketupat Dapat Rezeki Tambahan di Momen Idul Adha

Whats New
Pelemahan Rupiah dari Perspektif Tiga Generasi Krisis Mata Uang

Pelemahan Rupiah dari Perspektif Tiga Generasi Krisis Mata Uang

Whats New
Bahan Pokok Minggu 16 Juni 2024: Harga Daging Ayam Naik, Tepung Terigu Turun

Bahan Pokok Minggu 16 Juni 2024: Harga Daging Ayam Naik, Tepung Terigu Turun

Whats New
Tungku Smelter di Morowali Meledak Lagi, Menperin Panggil Manajemen

Tungku Smelter di Morowali Meledak Lagi, Menperin Panggil Manajemen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com