Terganggunya hubungan ini lantaran tragedi MH17 diduga didalangi milisi Pro Rusia. Jatuhnya MH17 menuai kecaman terhadap Rusia dan menguarnya rencana sanksi terhadap negara itu.
"Kami telah mencapai titik balik. Bahkan bagi bangsa pedagang (Belanda dikenal sejak lama sebagai bangsa pedagang), ini adalah titik dimana anda harus menyadari ada yang lebih penting yakni prinsip dan nilai dibandingkan kepentingan ekonomi," kata Periset Senior Institut Hubungan Internasional Belanda Clingendael Jan Melissen, Rabu (23/7/2014).
Berbeda dengan AS, Belanda selalu bersikap pragmatik ketika memilih mitra dagang. Sejak didirikannya Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) atau Kongsi Dagang Hindia Belanda yang membawa rempah-rempah dari Indonesia, Belanda selalu memandang dirinya terpisah dari negara-negara tetangga Eropa lainnya dengan fokus pada sektor finansial.
Adapun Belanda dan Rusia merupakan mitra dagang strategis. Impor Belanda dari Rusia melonjak 20 persen antara kurun waktu 2011 hingga 2013 silam. Perusahaan Belanda seperti Port of Rotterdam, Shell, dan Heineken memiliki aktivitas penting di Timur (Rusia).
Kontribusi bisnis Port of Rotterdam di Rusia mencapai 15 persen dari total bisnisnya, sementara Heineken memiliki pabrik besar di Rusia. Adapun, Shell mengestimasikan memiliki aset produksi minyak dan gas senilai 6,7 miliar dollar AS di Rusia. Aset-aset tersebut antara lain mengeksplorasi shale gas dan berencana mengekspansi proyek Sakhalin-2 disana.
"Kami memonitor kontrol perdagangan dan sanksi serta merespon untuk meyakinkan bahwa kami mematuhi semua sanksi internasional yang berlaku dan tindakan terkait," kata Shell kemarin.
baca juga: Tragedi Malaysia Airlines #MH17, Semoga Ini yang Terakhir