Pesawat jet tempur AS pada Jumat (8/8/2014) lalu melakukan serangan udara terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah Kurdistan Irak. Penyerangan tersebut membuat Genel Energy yang merupakan produsen minyak terbesar di wilayah itu memindahkan personelnya dari area tersebut.
Perusahaan minyak lain yang melakukan hal serupa diantaranya Afren dan Oryx Petroleum, yang juga mengevakuasi karyawannya di kawasan pengeboran minyak di beberapa area.
Meskipun aktivitas militer AS tersebut dapat berdampak pada kekhawatiran keamanan, faktanya wilayah tersebut menyumbang 15 persen dari produksi minyak Irak. Harga minyak mentah pun bereaksi, naik 0,3 persen menjadi 97,62 dollar AS per barel.
Menurut analis energi pada Morningstar David McColl, meskipun seluruh produksi telah dihentikan di area tersebut, total kehilangan produksi hanya mencakup 450.000 barel per hari.
Namun demikian, yang dikhawatirkan adalah kekerasan di wilayah itu dapat berpengaruh pada ekspor dari wilayah selatan, jantung produksi industri minyak Irak. "Isu besarnya adalah jika ISIS melanjutkan aksinya ke Baghdad dan lebih lanjut ke wilayah selatan, yang mana terdapat ladang minyak yang lebih besar," ujar McColl.
Harga minyak sempat melonjak pada bulan Juni menyusul kekhawatiran ekspor Irak akan terpengaruh. Namun demikian, dalam beberapa bulan lalu harga minyak mulai terkoreksi dan turun sebanyak 6 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.