Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Jokowi Punya Revolusi Mental, Kami Mau Revolusi Dompet"

Kompas.com - 12/12/2014, 14:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

BUKITTINGGI, KOMPAS.com — Dengan penduduk hampir 240 juta jiwa, Indonesia dinilai masih sangat tergantung pada transaksi tunai. Salah satu hal yang menjadi indikator adalah data konsumsi dalam "rumus" penyusun angka pendapatan produk domestik bruto (PDB).

"(Dari formulasi) PDB, Indonesia masih didominasi konsumsi dan belanja pemerintah," ujar Buri Hartono, Vice President Electronic Banking Group Bank Mandiri, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (12/12/2014). "(Dari data itu) 85 persen (transaksi) konsumsi (masyarkat) masih bentuk tunai," lanjutnya.

Sebagai pembanding, sebut Budi, transaksi tunai masyarakat Singapura dan Malaysia sekarang sudah di bawah 50 persen. Menurut dia, pola pembayaran memakai uang tunai harus diubah.

Dok Bank Mandiri Dalam APBN, pos belanja konsumsi masyarakat Indonesia terpantau 85 persen di antaranya masih dilakukan lewat transaksi tunai.
Salah satu alasannya, uang tunai pada dasarnya adalah alat bayar yang mahal. "Butuh biaya pembuatan, penghitungan, pengiriman, bahkan untuk menghancurkannya (ketika rusak)," kata dia.

Selain itu, ujar Budi, transaksi tunai menyulitkan otoritas dan industri keuangan—termasuk perbankan—untuk mencatatnya. "Jangan-jangan, nilai PDB kita seharusnya lebih besar, kalau semua transaksi riil tercatat."

Bila memakai sistem konvensional, mendistribusikan uang kartal sampai ke seluruh Indonesia akan butuh biaya infrastruktur yang besar. Budi mengatakan, semakin cepat uang bisa sampai ke suatu wilayah, perputaran ekonomi pun akan lebih cepat. "Kecepatan pertumbuhan ekonomi juga tergantung pada kecepatan distribusi uang," ujar dia.

Oleh karena itu, Budi melanjutkan, Bank Mandiri mengembangkan beragam produk sistem pembayaran yang bertujuan mengurangi penggunaan uang tunai dalam keseharian. "Kami juga mau merevolusi dompet, kalau Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) merevolusi mental," sebut dia.

Bila semula transaksi tunai mendominasi, kata Budi, perlahan penggunaan kartu kredit dan debit pun berkembang. Langkah selanjutnya, ujar dia, adalah mendorong penggunaan uang elektronik, baik berupa kartu maupun berbasis SIM card di telepon genggam.

Ke depan, setiap orang di Indonesia seharusnya bisa punya akses perbankan yang terjangkau. "(Akses) yang tak lagi harus pakai cara konvensional yang mengharuskan punya rekening dan dikenai biaya."

Salah satu momentum yang kini dipakai Bank Mandiri untuk mendorong penggunaan uang elektronik adalah penyaluran kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak kepada masyarakat miskin.

Bank Mandiri, kata Budi, mendapat kesempatan menyalurkan bantuan untuk satu juta penerima kompensasi itu, yang diberikan dalam bentuk SIM card untuk telepon genggam. "Selain bisa dibawa ke kantor pos untuk dicairkan uangnya, SIM card itu bisa dipasang dan digunakan di telepon genggam, termasuk untuk transaksi pembayaran menggunakan telepon genggam."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com