Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/12/2014, 10:29 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com –
Harga minyak dunia yang terus anjlok membuat sebagian masyarakat berpendapat, seharusnya pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) baik yang disubsidi maupun tidak.

Sebenarnya, perlukah pemerintah menurunkan harga BBM?  Berapa subsidi yang diberikan pemerintah pada saat harga minyak dunia jatuh seperti saat ini?

Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Faisal Basri memperhitungkan, mengacu rumus lama penetapan harga BBM oleh pemerintah dan Pertamina, dan merujuk harga minyak dunia pada 19 Desember 2014 lalu, yakni sebesar 65 dollar AS per barel dan dengan asumsi kurs Rp 12.000 per dollar AS, maka harga pokok RON92 sebesar Rp 5.945 per liter.

Dengan asumsi kurs sama dan MOPS naik menjadi 70 dollar AS per barel, maka harga pokok RON92 sebesar Rp 5.879 per liter.

Sementara itu, jika asumsi kurs dinaikkan menjadi Rp 12.500 per dollar AS, maka harga pokok RON92 menjadi Rp 5.703 per liter jika MOPS seharga 65 dollar AS per barel, dan menjadi Rp 6.103 per liter jika MOPS sebesar 70 dollar AS per barel.

“Lalu subsidinya berapa?" tanya Faisal, Senin (29/12/2014) malam.

Dia menjelaskan, dihitung dari harga eceran (di luar pajak) dikurangi harga pokok, ketika harga MOPS 65 dollar AS per barel dan kurs Rp 12.000 per dollar AS, maka subsidi menjadi minus Rp 1.896 per liter alias pemerintah tidak perlu memberikan subsidi lagi. Sementara bila harga MOPS 70 dollar AS per barel dan kurs Rp 12.000 per dollar AS,  subsidi menjadi minus Rp 1.512 per liter.

Adapun,  ketika harga MOPS 65 dollar AS per barel dan kurs Rp 12.500 per dollar AS, subsidi menjadi minus Rp 1.688 per liter. Kemudian saat harga MOPS 70 dollar AS per barel dan kurs Rp 12.500 per dollar AS, subsidi minus Rp 1.288 per liter.

"Itu kalau menggunakan rumus lama. Kalau menggunakan rumus yang sudah disederhanakan yakni RON92 plus margin, maka perhitungannya harga pokok RON92 untuk kurs Rp 12.000 dan MOPS 65 dollar AS, menjadi Rp 5.573 per liter,” ucap Faisal.

Sementara itu, dengan kurs sama dan MOPS 70 dollar AS, maka harga pokok RON92 menjadi Rp 5.962 per liter. Jika asumsi kurs Rp 12.500, dengan MOPS 65 dollar AS, maka harga pokok RON92 sama dengan Rp 5.784 per liter, dan dengan MOPS 70 dollar AS maka harga pokok RON92 menjadi Rp 6.190.

“Dengan rumus baru, berapa subsidi yang diberikan?” imbuh Faisal.

Dengan asumsi kurs Rp 12.000, maka pada saat MOPS 65 dollar AS, pemerintah memberikan subsidi (minus) Rp 1.818 per liter, dan pada saat MOPS 70 dollar AS, pemerintah memberikan subsidi (minus) Rp 1.429 per liter. Dengan asumsi kurs Rp 12.500, maka pada saat MOPS 65 dollar AS, pemerintah memberikan subsidi (minus) Rp 1.607 per liter, dan pada saat MOPS 70 dollar AS, pemerintah memberikan subsidi (minus) Rp 1.201 per liter.

“Lantas kapan subsidinya itu sama dengan nol?” tanya dia lagi.

Mengacu rumus baru yang direkomendasikan tim, Faisal menyebut dengan asumsi kurs Rp 12.000 maka subsidi sama dengan nol manakala harga MOPS sebesar 86,1 dollar AS per barel. Dan dengan asumsi kurs Rp 12.500, maka subsidi sama dengan nol ketika harga MOPS sebesar 89,69 dollar AS per barel.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Satgas BLBI Sita 3 Aset di Jakarta Senilai Rp 111,20 Miliar

Satgas BLBI Sita 3 Aset di Jakarta Senilai Rp 111,20 Miliar

Whats New
Diluncurkan Besok oleh Jokowi, Apa Itu Bursa Karbon?

Diluncurkan Besok oleh Jokowi, Apa Itu Bursa Karbon?

Whats New
Harus Ganti 1,1 Ton Emas ke Konglomerat Surabaya, Antam Pastikan Keuangan Aman

Harus Ganti 1,1 Ton Emas ke Konglomerat Surabaya, Antam Pastikan Keuangan Aman

Whats New
Kemenhub: Sejauh Ini Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung Berjalan Lancar

Kemenhub: Sejauh Ini Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung Berjalan Lancar

Whats New
Lewat Invesbook, Pebisnis yang Mencari Investor dan Pengakuisisi Bisa Bertemu

Lewat Invesbook, Pebisnis yang Mencari Investor dan Pengakuisisi Bisa Bertemu

Rilis
Kejanggalan-kejanggalan Seputar Tuduhan terhadap Tiktok Shop

Kejanggalan-kejanggalan Seputar Tuduhan terhadap Tiktok Shop

Whats New
Luhut: Permasalahan Sampah di Laut Bukan Pekerjaan yang Bisa Selesai dalam 5 Tahun

Luhut: Permasalahan Sampah di Laut Bukan Pekerjaan yang Bisa Selesai dalam 5 Tahun

Whats New
Indocement Buka Lowongan Kerja hingga 8 Oktober 2023, Simak Persyaratannya

Indocement Buka Lowongan Kerja hingga 8 Oktober 2023, Simak Persyaratannya

Work Smart
4 Pulau di Riau Terancam Tenggelam, Luhut Minta Masyarakat Jangan Potong Mangrove

4 Pulau di Riau Terancam Tenggelam, Luhut Minta Masyarakat Jangan Potong Mangrove

Whats New
Menanam Mangrove, Upaya Jaga Ekosistem Pesisir Pulau Sambu Batam

Menanam Mangrove, Upaya Jaga Ekosistem Pesisir Pulau Sambu Batam

Whats New
Luhut Ungkap Jokowi Sudah Capek Hadiri Forum Internasional yang Tak Ada Hasil Konkret

Luhut Ungkap Jokowi Sudah Capek Hadiri Forum Internasional yang Tak Ada Hasil Konkret

Whats New
Dukung Energi Bersih, Konsorsium PGN, JGC, Osaka Gas, dan INPEZ Siap Komersialisasi Biomethane

Dukung Energi Bersih, Konsorsium PGN, JGC, Osaka Gas, dan INPEZ Siap Komersialisasi Biomethane

Whats New
Warga: 'War' Tiket Uji Coba Kereta Cepat Tak Sesulit Berburu Tiket K-Pop

Warga: "War" Tiket Uji Coba Kereta Cepat Tak Sesulit Berburu Tiket K-Pop

Whats New
Utang Pemerintah Kembali Meningkat, per Agustus Capai Rp 7.870,35 Triliun

Utang Pemerintah Kembali Meningkat, per Agustus Capai Rp 7.870,35 Triliun

Whats New
Kembangkan Teknologi mRNA, Etana Gandeng BRIN dan UNSW

Kembangkan Teknologi mRNA, Etana Gandeng BRIN dan UNSW

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com