Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Lemah, Pemerintah Perbanyak Stimulus Anggaran

Kompas.com - 05/05/2015, 21:27 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa pemerintah akan memperbanyak pemberian stimulus anggaran untuk memperbaiki harga komoditas. Dengan demikian, diharapkan daya beli masyarakat bisa kembali pulih. Langkah ini dinilai bisa dilakukan pemerintah dalam waktu dekat menyusul lemahnya pertumbuhan ekonomi kuartal I.

"Karena harga komoditi menurun, maka pemerintah harus banyak memberikan stimulus-stimulus anggarannya. Perbesar anggarannya, itu yang bisa kita buat sementara ini," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (5/5/2015).

Selain itu, pemerintah akan mempercepat pembangunan infrastruktur sehingga investasi dari luar bisa cepat masuk. Kalla juga mengakui bahwa pemerintah harus bekerja keras untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,7 persen tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2015 mengalami perlambatan. Berdasarkan tahun dasar konstan 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 hanya mencapai 4,71 persen. Pada periode sama tahun lalu pertumbuhan ekonomi mencapai 5,14 persen (konstan 2010), atau 5,21 (konstan 2000). Perlambatan ekonomi dipengaruhi oleh tiga kondisi. Pertama, perlambatan ekonomi mitra dagang RI, yakni Tiongkok dan Singapura.

Kepala BPS Suryamin menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dikoreksi dari 7,4 persen menjadi 7 persen. Sedang, pertumbuhan ekonomi Singapura terpangkas dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen. Kondisi lain yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2015 adalah masih rendahnya harga minyak. Kinerja ekspor-impor juga turun dibandingkan kuartal I-2014.

Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama dari 2011 sampai 2015 melandai cenderung turun. Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2011 tumbuh 6,48 persen dibanding tahun sebelumnya (konstan 2000). Sedangkan pertumbuhan ekonomi kuartalan sejak 2011-2015 cenderung memiliki pola sama, kecuali kuartal I-2015 ini.

Dibandingkan kuartal IV-2014, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 turun minus 0,18 persen. Suryamin mengatakan, penyebabnya adalah pergeseran musim tanam, sehingga bergeser ke kuartal I-2015. Dari 17 sektor yang diamati, tiga sektor yang mencetak pertumbuhan tertinggi year-on-year (YoY) adalah informasi dan komunikasi (10,53 persen), jasa lainnya (8 persen), dan jasa keuangan dan asuransi (7,57 persen). 

Sementara, secara kuartalan, tiga sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni pertanian, kehutanan, perikanan (14,63 persen), informasi dan komunikasi (3,06 persen), dan jasa perusahaan (2,24 persen). Ada pun jumlah total produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2015 adalah Rp 2.724,7 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2010) adalah Rp 2.157,5 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com